Posts

Hari 47: Sekarat di Sa Pa

Aku sedang sakit. Udah mulai berasa dari kemarin tapi hari ini sakitnya bertambah. Badan demam sekaligus merasa kedinginan. Rasanya ingin pulang aja tapi misi belum selesai. Tapi keinginan pulang jauh lebih kuat. Pengen curhat ke Pierre tapi gue siapanya dia haha. Pengen curhat ke saudara, takutnya mereka malah makin kuatir. Manalagi sepertinya hormon dopaminku sedang drop gara-gara siklus hormonal. Komplikasi sudah. Setelah aku makan malam, aku jalan-jalan sekaligus pengen beli Vitamin C. Nah waktu lagi liat orang-orang olahraga di lapangan, kenalan ama sepasang suami istri dari Australia. Setelah selesai ngobrol-ngobrol dan mau kembali ke penginapan, mereka mencium pipiku dan bilang darling. Aku tersentuh. Serasa mendapatkan orang tua walaupun dalam waktu yang singkat. Setelah kami berpisah, tiba-tiba aku merasa bugar. Sepertinya aku sudah sehat kembali. Obat dari sakit yang kurasakan sepertinya cuma pelukan, ciuman, dan dipanggil darling.

Hari 43: Desa Tavan Tidak Sebagus Imaginasi

Selamat malam dari desa Tavan, Vietnam. Aku nyampe jam 3 subuh di Sapa. Kebetulan di bus ada turis dari Irlandia yang juga turun di Sapa, lalu ada seseorang menawarkan kamar hotel kepada kami dan kami pun sepakat untuk menginap semalam di Sapa. Sebenarnya cewe Irlandia itu akan menginap di Sapa tapi sepertinya dia lebih suka kamar yang lebih murah. Sementara aku ingin menginap di desa Ta Van. Singkat cerita, tadi pagi aku naik taksi ke Tavan. Yang agak kusesali biasanya aku akan memilih transportasi murah dan entah bagaimana aku mau naik taksi dari hotel seharga 250.000d. Akhirnya seperempat juta pun melayang. Fiuh. Sejujurnya aku gak suka desa ini. Terlalu keliatan mulai dikembangkan untuk turis. Kalau dilihat dari jauh sih keliatan cantik, tapi kalau sudah dekat, aku gak suka. Aku lagi berpikir untuk 2 hari aja di desa ini. Tadi sekitar jam 5, aku jalan-jalan di sekitar desa. Aku menemukan tempat yang bagus di sekitar sungai. Mungkin besok aku akan kesana menghabiskan waktu

Hari 42: Hari Pertama di Vietnam

Setelah aku selesai berkemas, aku liat Pierre udah nunggu di ruang tamu hostel. Sepertinya dia kurang tidur dan waktu aku tanya, dia bilang memang kurang tidur. Hari ini dia tidak jadi trekking ke desa, dia akan kembali tidur dan memperbaiki motornya supaya kondisinya bagus untuk dibawa ke Vietnam keesokan harinya. Pierre mengantarku sampai ke bus dan karena masih ada waktu sekitar 20 menit, aku ingin ke pasar beli sesuatu untuk sarapan. Dalam waktu yang singkat itu pun kami membahas berbagai hal. Setelah selesai belanja di pasar dan kami sedang menuju bus, tiba-tiba staf bus menjemputku dengan motor. Saatnya berpisah dengan Pierre. Selama perjalanan menuju Vietnam, aku suka senyum-senyum sendiri memikirkan cowo itu. Kebersamaan kami selama 2 hari terakhir begitu berkesan. Ngomong-ngomong soal perbatasan, aku tidak mengalami masalah di imigrasi Laos maupun Vietnam. Oh, di imigrasi Vietnam, aku melihat ada cewe Laos menyelipkan uang di paspornya dan petugas imigrasi langsung men

Hari 39: Trekking ke Desa Ban Na dan Huay Bo

Hari ini aku trekking ke desa Ban Na dan Huay Bo bersama teman Taiwanku. Dia sudah ke desa kemarin, entah karena ada teman atau dia memang suka trekking, dia ingin pergi lagi ke desa. Dan jadilah kami berdua trekking ke desa. Semalam aku ajak teman sekamarku, Stina, seorang cewe Jerman tapi sepertinya hari ini dia pengen sekali ke View Point. Singkat cerita, aku beruntung Paddy, cowo Taiwan itu. Perjalanan hari ini semacam petualangan gitu. Melewati hutan, menyebrangi sungai, melewati persawahan yang kering. Bonusnya adalah melihat pemandangan yang sangat-sangat indah. Oh, ada cerita mengerikan tadi pas pulang. Lagi asik-asiknya jalan, tiba-tiba ada ular melompat ke kakiku. Dan aku langsung melompat ketakutan. Aku bilang ke Paddy ada ular dan dia malah ingin menangkapnya. Euhhh. Aku masih merinding membayangkan ular tersebut. Tadi di kamar setelah aku selesai mandi dan Stina selesai bertelepon, kami ngobrol-ngobrol dan tiba-tiba dia menangis. Dia yang biasanya terlihat cantik d

Hari 38: Masih Bermalas-malasan di Penginapan Muang Ngoi

Hari ini masih sama seperti kemarin. Awalnya sih pengen trekking ke desa tapi akhirnya gak jadi dan malah tidur di kamar. Serius, desa yang sepi ini sangat cocok ama diriku yang pemalas. Haha. Mudah-mudahan besok jadi trekking ke desa dan rencananya Senin aku akan bergerak ke Muang Khua.

Hari 37: Bermalas-malasan di Muang Ngoi

Hari ini teman sekamarku melanjutkan perjalanannya dan aku pun jadinya sendiri. Senang rasanya punya teman sekamar dan dia baik pula orangnya. Dan tadi setelah pamitan, tiba-tiba aja merasa sedih dan melow huaaaa. Hari ini seharian aku cuma tidur-tiduran aja di hammock dan akhirnya benaran tidur. Hari ini benar-benar hari paling malas sedunia. Siapapun yang pernah ke Muang Ngoi pasti bisa mengerti atau mungkin mengalaminya juga. Hanya ingin bermalas-malasan dan gak melakukan apapun. Aku pengen pindah kamar, tapi kok rasanya malas bergerak. Dan pada akhirnya aku tidak jadi pindah kamar. Malam ini aku ngobrol-ngobrol ama seorang turis Taiwan dan Jepang. Sangat menyenangkan. Dan semoga besok cewe Jerman itu jadi pindah ke kamarku, jadi aku punya teman sekamar lagi. Ah, sudah malam. Udah mau jam 10. Aku mau tidur tapi sebelumnya nonton film Korea dulu haha. Dan semoga saya mimpi indah setelahnya.

Menikmati Kesepian Nong Khiaw

Aku baru aja tiba di Nong Kiaw. Tadi bus berangkat jam 11 seharga 40.000 kip ditambah ongkos tuktuk ke north bus terminal 20.000 kip. Katanya sih 3 jam perjalanan, entahlah mungkin juga sih 3 jam. Mungkin ini bukan kota tapi desa. Desa ini kecil dan sepi. I like it. Persis di depan mataku ada gunung eh bukit yang sangat tinggi. Udaranya sangat menyegarkan. Lusa aku akan ke Muang Ngoi. Semoga Muang Nhoi jauh lebih menyenangkan lagi. Tadi saat mau pesan kamar, aku lupa menanyakan hal-hal penting seperti ada wifi dan breakfast. Haisssh, kenapa sampe lupa. Mungkin karena terlalu terbiasa book penginapan dulu kali ya. Ke depannya harus inget untuk nanya itu sekalian nawar. Biasa aku suka membandingkan harga antar penginapan. Duh, kenapa tadi aku langsung terima-terima aja ya. Oklah tidak apa-apa ke depannya semoga jadi backpacker yang lebih baik, eaaaa. Aku mau menikmati tempat ini. Aku suka tempat ini. Aku suka tempat sepi. Ntar dibandingin aja antara tempat ini dan Muang Nhoi. Tapi