Dear mom

Mak, apa kabarmu disana? Ah, ini adalah pertanyaan yang tidak bisa kuucapkan lagi. Selamanya.

Surat ini sengaja aku tulis ketika peringatan hari ibu sudah lewat karena kupikir aku akan lebih bisa mengendalikan emosiku. Tapi kenyataannya aku tetap saja tak kuasa menahan air mataku. Sambil menulis surat ini, air mataku tak henti-hentinya jatuh ke pipiku.

Semua kenangan di masa lalu yang pernah kita alami bersama terus melintas dalam pikiranku. Ketika memori yang indah singgah dalam pikiranku, aku jadi tersenyum mengingat masa itu sekaligus menangis terharu karena masa itu tidak bisa lagi terulang. Ketika memori yang menyedihkan singgah dalam pikiranku, aku makin tak dapat membendung air mataku.

Banyak penyesalan dalam hidupku. Aku belum sempat menyampaikan permintaan maafku atas semua sikap pemberontakanku waktu aku masih remaja. Aku juga belum sempat mengucapkan terima kasih untuk semua hal yang sudah kuterima mulai dari aku lahir, sekolah, kuliah, bahkan ketika aku sudah kerja. Aku masih ingat, ketika aku sedang sakit, begitu inginnya kau datang ke Jakarta, ingin merawatku padahal kau pun sedang sakit waktu itu.

Begitu cepatnya waktu berlalu.

Mak, aku merindukanmu, benar-benar merindukan. Aku sangat berharap kau ada disini saat ini. Begitu rindunya aku tidur di dalam dekapanmu, seperti yang sering kita lakukan dulu.

Mak, kau adalah wanita yang luar biasa. Ketika kau menghadapi masalah, kau ga pernah menunjukkannya di depan kami, anak-anakmu. Itu adalah salah satu hal yang sangat kukagumi darimu. Tapi kusadari aku pun tumbuh jadi sepertimu, yang tidak mengeluh ketika menghadapi masalah.

Mak, tau kah kau bahwa aku bukan lagi anak perempuan manja yang selalu ingin diturutin kemauannya. Sekarang aku sudah bertumbuh jadi perempuan dewasa yang lebih tegar dalam menjalani hidup.

Mak, pria yang pernah kuceritakan dulu yang telah membuatku begitu sedih dan patah hati, setelah sekian lama pada akhirnya aku bisa melepaskannya juga. Beberapa waktu yang lalu, aku jatuh cinta lagi ama seorang pria yang baik, tapi ga lama kemudian aku patah hati lagi. Mungkin dia memang bukan jodohku kali ya, Mak.

Mak, aku mencintaimu, benar-benar mencintaimu dari dasar hatiku yang paling dalam. Saat ini, begitu inginnya aku memelukmu serta mengucapkan 'Selamat Hari Ibu'. Aku juga ingin minta maaf karena sudah sering kali menyakiti hatimu. Maafkan aku. Maafkan aku, anak yang tahu diri ini. Waktu itu aku hanyalah anak remaja yang masih labil, yang ga ngerti apa itu patuh dan hormat kepada orang tua.

Aku juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua kebaikan dan cinta yang sudah kuterima. Kalau bukan karena kasih tanpa pamrih yang kau berikan, aku mungkin tidak bisa seperti sekarang. Terima kasih. Terima kasih banyak, Mak. Terima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih dari dasar hatiku yang paling dalam.

Untuk mamak tercinta, perempuan mulia yang telah melahirkan aku, sekali lagi terima kasih banyak.

Semoga mamak dan bapak beristirahat dengan tenang disana. Dan mengenangmu masih saja membuatku berurai air mata

Comments

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

[Bahasa Italia] Kata Sifat