Liburan Lebaran di Kepulauan Seribu (2)
Terakhir aku menikmati suasana laut itu tahun 2012 -- tiga tahun yang lalu -- makanya aku senang sekali karena Lebaran 2015 kami akan pergi ke Kepulauan Seribu tepatnya Pulau Harapan. Kami memutuskan P. Harapan (sebenarnya bukan kami tapi aku yang memutuskan dan teman-temanku mengikuti pilihanku hehe) karena dari gambar-gambar yang di internet, P. Harapan lebih indah. Oh ya, aku akan pergi bersama kedua sahabatku, Lili dan Mawar (bukan nama sebenarnya).
Kami memutuskan untuk berangkat dari Depok menuju Muara Angke. Kami sudah berteman dari tahun 2002 -- udah 13 tahun -- namun karena kami harus berangkat subuh kami berusaha untuk menahan diri kami untuk tidak berbincang-bincang. Nanti di pulau saja, kami menceritakan semua hal yang ingin kami ceritakan. Jadi sebaiknya kami tidur saja, biar tidak kebablasan besok subuh.
Setiap orang sudah pasang alarm pukul 4 dan tepat pukul 4 semua alarm pun berbunyi, namun tidak ada seorang pun yang mau bergerak bangun. Ketika melihat jam dan ternyata sudah 4.30 aku pun bangun (aku masih ngantuk). Aku mandi. Setelah aku, Lili pun mandi, sementara Mawar tidak mau mandi, alasannya masih dingin.
Rencana awal, jam 5 kami sudah jalan menuju stasiun, namun kenyataannya kami berangkat pukul 5.30. Sebelum berangkat kami berdoa dulu supaya Tuhan melindungi dan menyertai setiap langkah dan rencana kami. Kami naik kereta menuju Stasiun Jakarta Kota. Selama di kereta kami langsung tidur dan ya ampun, dingin sekali di dalamnya (rasanya seperti mau membeku).
Sesampainya di stasiun Jakarta Kota, kami segera mencari angkutan ke Angke. Di pintu luar, ada beberapa preman lokal yang menawarkan ojek, namun karena ojeknya hanya ada 2 kami memutuskan naik taksi atau bemo. Oh ya, kami cukup jengkel melihat preman-preman tersebut. Mereka ngotot supaya kami naik ojek. Padahal kami sudah dengan jelas mengatakan bahwa kami tidak mau bonceng 3. Kami sudah melewatkan 1 taksi gara-gara mereka terus membujuk-bujuk kami. Tapi pada akhirnya, ada bemo dan kami segera naik melarikan diri. Lagian lebih untung naik bemo. Kami bayar bemo 50.000 sementara ojek 35.000 per orang.
Di pelabuhan ternyata dugaan kami SALAH BESAR. Ada ribuan orang yang ingin berlibur ke Kep. Seribu. Fiuhhh... untung kami dengan mudahnya dapat tiket. Sssttt, sebenarnya aku beli dari calo dengan harga yang sama dengan harga di loket. Pelabuhan Muara Angke jadi serasa pelabuhan Beijing, 99% orang-orang bermata sipit dan berkulit putih. Aku lebih suka bilang mereka ras Cina daripada Tiongkok (sewaktu aku belajar bahasa Italia, dibaca Cina -- bukan Caina).
Setelah melewati P. Pari, aku muntah. Ya ampun... ngaku-ngaku suka laut, biasa naik kapal, kok bisa muntah sih? Jujur, setelah aku memproklamirkan diri sebagai anak laut, yang ini pertama kalinya aku muntah. Tahun 2011, nyebrang dari P. Nias ke Sibolga aku mabuk laut, pusing akut, dan merasa mual namun tidak muntah. Nah, masakan setelah punya banyak pengalaman naik kapal sekarang malah muntah?! Ckckck.
Jalan ke pulau-pulau kami rencanakan di hari kedua karena di hari pertama kami hanya ingin menikmati P. Harapan. Rute perjalanannya: Bira Besar - Perak - Gusung - Dolphin - Macan Gundul (snorkeling). Dari semua pulau tersebut, hanya Pulau Perak yang berkesan. Sebenarnya aku adalah tipe orang yang lebih baik berlama-lama di sebuah pulau yang bagus sekali, daripada singgah sebentar lalu lanjut ke pulau berikutnya dan ternyata pulau tersebut diluar harapan. Jadi sebenarnya, aku tidak masalah hanya ke P. Perak saja, sore baru pulang. Beda dengan yang lain, sebisa mungkin melihat lebih banyak.
Seandainya tidak ada adegan muntah di awal perjalanan, mungkin liburan kami bisa dibilang sempurna. Tapi mungkin memang memang benar kata teman kalau kesempurnaan hanya milik Tuhan. Jadi karena kami hanyalah manusia biasa, perjalanan kami pun dapat nilai jauh dari sempurna. Mudah-mudahan aku tidak jera untuk liburan ke Kepulauan Seribu. Ya mudah-mudahan saja.
Kami memutuskan untuk berangkat dari Depok menuju Muara Angke. Kami sudah berteman dari tahun 2002 -- udah 13 tahun -- namun karena kami harus berangkat subuh kami berusaha untuk menahan diri kami untuk tidak berbincang-bincang. Nanti di pulau saja, kami menceritakan semua hal yang ingin kami ceritakan. Jadi sebaiknya kami tidur saja, biar tidak kebablasan besok subuh.
Setiap orang sudah pasang alarm pukul 4 dan tepat pukul 4 semua alarm pun berbunyi, namun tidak ada seorang pun yang mau bergerak bangun. Ketika melihat jam dan ternyata sudah 4.30 aku pun bangun (aku masih ngantuk). Aku mandi. Setelah aku, Lili pun mandi, sementara Mawar tidak mau mandi, alasannya masih dingin.
Rencana awal, jam 5 kami sudah jalan menuju stasiun, namun kenyataannya kami berangkat pukul 5.30. Sebelum berangkat kami berdoa dulu supaya Tuhan melindungi dan menyertai setiap langkah dan rencana kami. Kami naik kereta menuju Stasiun Jakarta Kota. Selama di kereta kami langsung tidur dan ya ampun, dingin sekali di dalamnya (rasanya seperti mau membeku).
Sesampainya di stasiun Jakarta Kota, kami segera mencari angkutan ke Angke. Di pintu luar, ada beberapa preman lokal yang menawarkan ojek, namun karena ojeknya hanya ada 2 kami memutuskan naik taksi atau bemo. Oh ya, kami cukup jengkel melihat preman-preman tersebut. Mereka ngotot supaya kami naik ojek. Padahal kami sudah dengan jelas mengatakan bahwa kami tidak mau bonceng 3. Kami sudah melewatkan 1 taksi gara-gara mereka terus membujuk-bujuk kami. Tapi pada akhirnya, ada bemo dan kami segera naik melarikan diri. Lagian lebih untung naik bemo. Kami bayar bemo 50.000 sementara ojek 35.000 per orang.
Di pelabuhan ternyata dugaan kami SALAH BESAR. Ada ribuan orang yang ingin berlibur ke Kep. Seribu. Fiuhhh... untung kami dengan mudahnya dapat tiket. Sssttt, sebenarnya aku beli dari calo dengan harga yang sama dengan harga di loket. Pelabuhan Muara Angke jadi serasa pelabuhan Beijing, 99% orang-orang bermata sipit dan berkulit putih. Aku lebih suka bilang mereka ras Cina daripada Tiongkok (sewaktu aku belajar bahasa Italia, dibaca Cina -- bukan Caina).
Setelah melewati P. Pari, aku muntah. Ya ampun... ngaku-ngaku suka laut, biasa naik kapal, kok bisa muntah sih? Jujur, setelah aku memproklamirkan diri sebagai anak laut, yang ini pertama kalinya aku muntah. Tahun 2011, nyebrang dari P. Nias ke Sibolga aku mabuk laut, pusing akut, dan merasa mual namun tidak muntah. Nah, masakan setelah punya banyak pengalaman naik kapal sekarang malah muntah?! Ckckck.
Jalan ke pulau-pulau kami rencanakan di hari kedua karena di hari pertama kami hanya ingin menikmati P. Harapan. Rute perjalanannya: Bira Besar - Perak - Gusung - Dolphin - Macan Gundul (snorkeling). Dari semua pulau tersebut, hanya Pulau Perak yang berkesan. Sebenarnya aku adalah tipe orang yang lebih baik berlama-lama di sebuah pulau yang bagus sekali, daripada singgah sebentar lalu lanjut ke pulau berikutnya dan ternyata pulau tersebut diluar harapan. Jadi sebenarnya, aku tidak masalah hanya ke P. Perak saja, sore baru pulang. Beda dengan yang lain, sebisa mungkin melihat lebih banyak.
Menikmati Senja |
Perempuan di Balik Selendang |
Terdampar |
Berenang Dikeliling ikan-ikan |
Comments
Post a Comment