Sukses?
Menurut kamu apa itu sukses?
Kira-kira begitulah pertanyaan seorang bapak yang tiba-tiba saja menghampiri kami sewaktu kami sedang olahraga lari di sekitaran kampus Universitas Indonesia. Aku mencoba menjawabnya dengan mengatakan bahwa sukses adalah kehidupan pribadi seimbang dengan kehidupan profesional.
Lalu bapak tersebut bertanya lagi, "Apakah kamu sudah sukses?" Kujawab, "Menuju."
Bukan tanpa alasan aku menjawab demikian. Walaupun aku tahu betul aku masih terlalu jauh dengan yang disebut 'sukses' namun aku juga tahu betul aku sedang berjalan di jalan yang tepat.
Ketika bapak tersebut bertanya apakah kami mau tahu apa itu sukses dan kami jawab kami mau tahu. Kemudia beliau mengatakan bahwa "sukses adalah melakukan apa yang kita sukai dan menyukai apa yang kita sukai sampai orang lain mengapresiasi". Cukup lama aku merenungkan perkataan bapak tersebut. Jadi, pada intinya kita harus bersabar menjalani sampai kita tiba di titik yang disebut sukses itu.
Hal lain yang membuat berkesan pada hari ini ketika aku mengatakan bahwa aku ini seorang yatim piatu, kemudian beliau mengatakan bahwa aku harus banyak-banyak menulis hal-hal yang inspiratif mungkin saja itu bisa membantu orang lain. Aku tidak banyak bercerita tentang diriku, namun ketika beliau mengatakan bahwa aku harus banyak menulis, aku merasa itu seperti sebuah anjuran tapi yang harus kulakukan.
Di sela-sela kami berbincang-bincang, beliau sempat mengatakan, "Jangan berkecil hati. Sabar aja. Jalani." Entah bagaimana aku tersentuh dengan kata-kata tersebut. Aku memang sedang berkecil hati. Pernyataan dari seorang profesor membuat nyaliku ciut dan sesuatu memberontak dari dalam diriku. Buat apa kuliah kalau dosennya saja tidak mendukung? Memang kelemahan terbesar (menurutku), sebagian (sebagian besar mungkin) dosen terlalu kaku. Pantas saja banyak orang gagal di universitas (namun entah bagaimana mereka bisa muncul sebagai orang sukses di kemudian hari).
Gara-gara hal tersebut aku sempat berpikir untuk tidak melanjutkan kuliahku. Tapi hari ini, aku dikuatkan oleh bapak tersebut. Setelah aku wisuda tahun depan sepertinya aku menunda melanjutkan kuliahku. Aku ingin mengimplementasikan ilmu yang sudah kudapat, takutnya semakin lama aku akan melupakan semua ilmu tersebut. Percuma aku bayar puluhan juta kalau hanya dapat ijazah.
Tiba-tiba alarm bapak tersebut berbunyi dan beliau mengatakan bahwa dia sudah selesai berolahraga dan akan pulang. Kami bersalaman. Ketika bapak tersebut sudah tidak kelihatan, kami lupa menanyakan siapa namanya. Semoga suatu hari nanti kita bertemu lagi ya pak. Mohon dibimbing anak-anak muda yang masih bodoh ini.
Kira-kira begitulah pertanyaan seorang bapak yang tiba-tiba saja menghampiri kami sewaktu kami sedang olahraga lari di sekitaran kampus Universitas Indonesia. Aku mencoba menjawabnya dengan mengatakan bahwa sukses adalah kehidupan pribadi seimbang dengan kehidupan profesional.
Lalu bapak tersebut bertanya lagi, "Apakah kamu sudah sukses?" Kujawab, "Menuju."
Bukan tanpa alasan aku menjawab demikian. Walaupun aku tahu betul aku masih terlalu jauh dengan yang disebut 'sukses' namun aku juga tahu betul aku sedang berjalan di jalan yang tepat.
Ketika bapak tersebut bertanya apakah kami mau tahu apa itu sukses dan kami jawab kami mau tahu. Kemudia beliau mengatakan bahwa "sukses adalah melakukan apa yang kita sukai dan menyukai apa yang kita sukai sampai orang lain mengapresiasi". Cukup lama aku merenungkan perkataan bapak tersebut. Jadi, pada intinya kita harus bersabar menjalani sampai kita tiba di titik yang disebut sukses itu.
Hal lain yang membuat berkesan pada hari ini ketika aku mengatakan bahwa aku ini seorang yatim piatu, kemudian beliau mengatakan bahwa aku harus banyak-banyak menulis hal-hal yang inspiratif mungkin saja itu bisa membantu orang lain. Aku tidak banyak bercerita tentang diriku, namun ketika beliau mengatakan bahwa aku harus banyak menulis, aku merasa itu seperti sebuah anjuran tapi yang harus kulakukan.
Di sela-sela kami berbincang-bincang, beliau sempat mengatakan, "Jangan berkecil hati. Sabar aja. Jalani." Entah bagaimana aku tersentuh dengan kata-kata tersebut. Aku memang sedang berkecil hati. Pernyataan dari seorang profesor membuat nyaliku ciut dan sesuatu memberontak dari dalam diriku. Buat apa kuliah kalau dosennya saja tidak mendukung? Memang kelemahan terbesar (menurutku), sebagian (sebagian besar mungkin) dosen terlalu kaku. Pantas saja banyak orang gagal di universitas (namun entah bagaimana mereka bisa muncul sebagai orang sukses di kemudian hari).
Gara-gara hal tersebut aku sempat berpikir untuk tidak melanjutkan kuliahku. Tapi hari ini, aku dikuatkan oleh bapak tersebut. Setelah aku wisuda tahun depan sepertinya aku menunda melanjutkan kuliahku. Aku ingin mengimplementasikan ilmu yang sudah kudapat, takutnya semakin lama aku akan melupakan semua ilmu tersebut. Percuma aku bayar puluhan juta kalau hanya dapat ijazah.
Tiba-tiba alarm bapak tersebut berbunyi dan beliau mengatakan bahwa dia sudah selesai berolahraga dan akan pulang. Kami bersalaman. Ketika bapak tersebut sudah tidak kelihatan, kami lupa menanyakan siapa namanya. Semoga suatu hari nanti kita bertemu lagi ya pak. Mohon dibimbing anak-anak muda yang masih bodoh ini.
Comments
Post a Comment