Selamat Hari Ibu, Mak
Aku adalah satu satu orang yang tidak mengucapkan Selamat Hari Ibu pada hari ini. Kalau berbicara tentang ibu, mataku selalu berkaca-kaca walaupun sudah 4 tahun berlalu bahkan ketika aku masih di masa-masa berduka, mataku tidak hanya sekedar berkaca-kaca lagi, air mata mengalir deras.
Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga, tapi ada kalanya ibuku pergi berdagang ke luar kota kalau di kota tersebut sedang hari pasar. Beberapa kali aku bolos sekolah dan menemani ibuku ke luar kota. Namanya juga hari pasar, banyak sekali pedangang makanan. Dan bagi seorang anak kecil, jajanan pasar selalu menggiurkan. Seingatku, ibuku selalu membelikan makanan apapun yang kuminta.
Kebiasaan di keluarga kami, setiap Natal anak-anak selalu dibelikan baju baru. Waktu aku masih kecil, ibu pernah membelikanku sebuah baju baru yang bagus sekali. Lalu beberapa hari kemudian, ketika aku ikut ibuku ke pasar, kami melihat baju yang sangat-sangat bagus. Aku menyukai baju tersebut. Ketika aku mengatakannya kepada ibuku, dia diam saja. Keesokan harinya, dia membelikanku baju tersebut sehingga di tahun itu aku memiliki 2 baju baru. Aku senang sekali memakai baju yang kedua. Dan ibuku juga senang melihat aku yang kegirangan memakai baju baruku.
Banyak sekali kenangan tentang ibu, tapi sepertinya aku tidak dapat mengingat semuanya. Karena kalau aku mencoba mengenang masa lalu, wajahku akan banjir air mata lagi. Menangis bukanlah sesuatu yang buruk, masalahnya aku sedang berada di tempat umum. Akan kelihatan aneh kalau aku menangis tersedu-sedu.
Ketika aku sudah lulus kuliah dan merantau ke Jakarta, aku kena penyakit tipus. Di telepon, dengan suara yang sangat sedih dia mengatakan seandainya dia tidak sedang sakit tentulah dia akan datang ke Jakarta dan merawatku.
Mak, kasihmu sungguh tidak taranya yang bahkan sampai sekarang kalau aku mengingat satu saja sudah membuatku berurai air mata. Seandainya waktu bisa kembali, aku ingin mencium kakimu dan mengucapkan terima kasih karena sudah membesarkanku hingga menjadi wanita seperti sekarang. Seandainya aku diberi kesempatan aku ingin sekali membuktikan rasa cintaku kepadamu.
Namun, kini yang tersisa hanyalah penyesalan.
Mak, aku mencintaimu. Sungguh-sungguh mencintaimu. Aku merindukanmu. Aku merindukan pelukanmu. Aku rindu masa-masa kecilku yang selalu ikut kemanapun engkau pergi.
Walaupun, aku tidak mengucapkan Selamat Hari Ibu secara langsung, sejujurnya di dalam hatiku yang terdalam aku sudah mengucapkannya. Mak, Selamat Hari Ibu. Semoga jiwamu tenang di alam sana.
Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga, tapi ada kalanya ibuku pergi berdagang ke luar kota kalau di kota tersebut sedang hari pasar. Beberapa kali aku bolos sekolah dan menemani ibuku ke luar kota. Namanya juga hari pasar, banyak sekali pedangang makanan. Dan bagi seorang anak kecil, jajanan pasar selalu menggiurkan. Seingatku, ibuku selalu membelikan makanan apapun yang kuminta.
Kebiasaan di keluarga kami, setiap Natal anak-anak selalu dibelikan baju baru. Waktu aku masih kecil, ibu pernah membelikanku sebuah baju baru yang bagus sekali. Lalu beberapa hari kemudian, ketika aku ikut ibuku ke pasar, kami melihat baju yang sangat-sangat bagus. Aku menyukai baju tersebut. Ketika aku mengatakannya kepada ibuku, dia diam saja. Keesokan harinya, dia membelikanku baju tersebut sehingga di tahun itu aku memiliki 2 baju baru. Aku senang sekali memakai baju yang kedua. Dan ibuku juga senang melihat aku yang kegirangan memakai baju baruku.
Banyak sekali kenangan tentang ibu, tapi sepertinya aku tidak dapat mengingat semuanya. Karena kalau aku mencoba mengenang masa lalu, wajahku akan banjir air mata lagi. Menangis bukanlah sesuatu yang buruk, masalahnya aku sedang berada di tempat umum. Akan kelihatan aneh kalau aku menangis tersedu-sedu.
Ketika aku sudah lulus kuliah dan merantau ke Jakarta, aku kena penyakit tipus. Di telepon, dengan suara yang sangat sedih dia mengatakan seandainya dia tidak sedang sakit tentulah dia akan datang ke Jakarta dan merawatku.
Mak, kasihmu sungguh tidak taranya yang bahkan sampai sekarang kalau aku mengingat satu saja sudah membuatku berurai air mata. Seandainya waktu bisa kembali, aku ingin mencium kakimu dan mengucapkan terima kasih karena sudah membesarkanku hingga menjadi wanita seperti sekarang. Seandainya aku diberi kesempatan aku ingin sekali membuktikan rasa cintaku kepadamu.
Namun, kini yang tersisa hanyalah penyesalan.
Mak, aku mencintaimu. Sungguh-sungguh mencintaimu. Aku merindukanmu. Aku merindukan pelukanmu. Aku rindu masa-masa kecilku yang selalu ikut kemanapun engkau pergi.
Walaupun, aku tidak mengucapkan Selamat Hari Ibu secara langsung, sejujurnya di dalam hatiku yang terdalam aku sudah mengucapkannya. Mak, Selamat Hari Ibu. Semoga jiwamu tenang di alam sana.
Well said Asina, sampai saya juga ikut meneteskan air mata...
ReplyDelete