Berhenti Sejenak, Berpikir, Merenung

Quiet the mind, and the soul will speak.

The quieter you become, the more you can hear.

------------------------------------------------------------------

Saat ini kondisiku sudah jauh lebih baik dibandingkan kondisiku minggu lalu. Apa yang terjadi tiga minggu terakhir rasanya seperti mimpi. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin kejadian-kejadian seperti itu bisa kualami. Tapi sepertinya aku berpikir positif saja. Pasti ada hikmah di balik semua kejadian itu.

Belakangan ini aku sedang mencoba teknik membebaskan emosi. Dalam teknik ini, sambil mengetuk-ngetuk bagian-bagian kepala tertentu dan tangan, aku mengucapkan rasa takutku dan keinginanku untuk membebaskannya dari pikiranku. Aku juga mengatakan bahwa apapun yang membuatku takut, semuanya itu aku terima sebagai bagian dari hidupku.

Aku benar-benar serius ingin menghilangkan rasa takutku. Aku yakin kalau sesuatu bisa datang maka sesuatu itu bisa pergi juga. Teknik tersebut tidak hanya dapat mengurangi rasa cemas ketika melihat pintu toilet atau lift kosong, tetapi juga bisa meningkatkan konsentrasi belajar. Setelah niat belajarku sempat hilang akibat kejadian-kejadian tersebut, sekarang semangat belajarku mulai kembali.

Saat ini, aku juga sudah bisa berpikir dengan jernih lagi. Saat ini aku punya banyak waktu luang dan aku ingin menggunakannya untuk instropeksi diri. Aku mulai berpikir apa yang akan kulakukan paling tidak sampai kuliahku selesai. Lalu, setelah kuliahku selesai, aku akan jadi apa. Sebenarnya aku sudah ada beberapa pilihan yaitu kuliah ke luar negeri dengan beasiswa atau mencoba usaha baru. Aku memang masih berkeinginan untuk melanjutkan pendidikanku, tapi kerja sambil kuliah bukanlah pilihan yang tepat. Energi yang harus dikeluarkan terlalu besar. Selain itu, setelah sembilan tahun jadi karyawan swasta, aku tidak pernah merasa klik bekerja sebagai pegawai kantoran.

Dalam perenungan yang sedang kulakukan hari ini, tiba-tiba aku teringat akan laki-laki yang katanya ingin serius denganku namun meninggalkanku. Sepertinya sebagian besar itu karena salahku. Sekarang aku (baru) menyadari bahwa selama 4 semester ini aku memberi perhatian terlalu besar terhadap sekolahku. Selama menjalin hubungan dengannya, mungkin memang aku pernah memberi komentar terhadap apa yang dilakukannya tapi sepertinya aku lebih banyak berorientasi terhadap apa yang kulakukan. Wajarlah dia pergi. Dia pasti merasa kuabaikan dan ujung-ujungnya aku yang diabaikan.

Walaupun apa yang kualami terakhir ini bukanlah kejadian yang menyenangkan, tapi sedikit terlintas dalam pikiranku bahwa aku merasa bersyukur aku jadi punya kesempatan seperti ini. Apakah dua tahun terakhir ini aku merasa bahagia? Apa saja yang sudah kukorban selama 2 tahun ini dan apakah aku menyesalinya?

Selama ini aku hanya berpikir untuk terus maju melanjutkan hidupku, tapi sepertinya aku perlu berhenti sejenak untuk memikirkan apa yang sudah lewat dan mengambil pembelajaran untuk diperbaiki ke depannya.

Saat ini aku juga berpikir setelah wisuda tahun depan, aku ingin sekali bepergian ke luar negeri untuk memberi penghargaan terhadap diriku yang sudah berjuang ngos-ngosan bekerja sekaligus kuliah dengan segala macam rintangan yang ada (ada yang kulewati tapi ada yang juga yang terpaksa kuhindari).

Comments

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

[Bahasa Italia] Kata Sifat