Statusmu adalah Harimaumu

Dulu ada peribahasa 'mulutmu adalah harimaumu', sementara di era media sosial sekarang ini peribahasa tersebut sepertinya mengalami perubahan menjadi 'statusmu adalah harimaumu'.

Pelajaran terbaik adalah adalah belajar dari pengalaman orang lain, karena kalau kita yang mengalaminya sendiri tidak enak. Saat ini, nama Florence menjadi begitu terkenalnya berawal dari statusnya di media sosial, "Jogja miskin, tolol, dan tak berbudaya. Teman-teman Jakarta-Bandung jangan mau tinggal di Jogja." Mungkin sebenarnya ini hanyalah hal sepele, tapi kemudian jadi begitu hebohnya dan saat ini si pembuat status berada di penjara.

Setiap orang pasti pernah marah dan mengumpat dengan kata-kata kasar. Ah, aku jadi teringat ketika masa-masa kampanye pemilu presiden. Kata-kata kasar bahkan sangat-sangat kasar yang terlontar dari pendukung fanatik terhadap pendukung capres lainnya.

Secara pribadi, aku sendiri menganggap statusnya tersebut sangat kelewatan hanya gara-gara dia tidak dilayani di SPBU. Seharusnya sebagai calon master hukum dari UGM, dia tidak layak mengumbar kalimat yang tidak beretika di media sosial. Dan sebagai mahasiswa yang belajar hukum seharusnya dia juga tahu bahwa kalau motor antri di jalur motor, bukannya karena bosan dan merasa punya uang dia bisa sesuka hatinya antri di jalur mobil. Kalau orang hukum sendiri tidak menjalankan aturan, bagaimana lagi dengan kita orang awam ini?

Sepertinya si Florence ini hanya sedang bernasib sial. Kalau mau ditelusuri ke belakang, entah berapa ratus atau mungkin ribuan orang yang melakukan hal serupa, mengumpat orang lain ataupun kelompok tertentu di media sosial maupun TV, tapi tidak berujung jadi kasus hukum. Atau mungkin si Florence ini sedang menuai apa yang ditaburnya selama ini. Entahlah.

Ketika kita berada di kampung orang, ada hal yang benar-benar harus diingat yaitu bahwa kita adalah pendatang dan jangan macam-macam di tanah orang. Prinsip inilah yang selalu aku terapkan ketika aku pergi ke suatu tempat. Aku adalah tipe orang yang betah berlama-lama menikmati satu tempat. Kenapa aku bisa betah? Dan kenapa orang lokal bisa menerimaku? Jawabannya adalah karena aku menyesuaikan diri dengan pola kehidupan orang lokal dan mencoba memahami cara berpikir mereka.

Kasus Florence ini bisa jadi pembelajaran bagi setiap orang untuk tetaplah beretika baik itu di dunia maya maupun dunia nyata. Dan yang terpenting adalah jangan macam-macam di kampung orang.

Comments

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

Setahun Setelah Keliling Indonesia