Perpisahan tanpa selamat tinggal

Ketika melakukan perjalanan, entah berapa puluh orang yang sudah kutemui. Ada yang malah menjadi sahabatku saat ini. Ada yang sesekali saling berkirim kabar. Tidak sedikit pula yang tidak pernah kuhubungi lagi bahkan kutinggalkan tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal.

Datang dan pergi pernah menjadi bagian dalam hidupku sebelum aku belum memutuskan untuk kuliah, saat dimana petualangan adalah bagian hidupku.

Selama libur kuliah 3 bulan kemarin, aku ikut ibadah Kamis malam di gereja. Awalnya sih dia yang mulai melihatku, namun kupikir itu hanyalah tatapan seorang laki-laki yang mengagumi wanita cantik yang sedang lewat di depannya.

Setiap Kamis kami pasti bertemu dan tempat duduk kami hanya berjarak beberapa bangku. Setelah kuperhatikan selama beberapa bulan ini, sepertinya dia memang menyukaiku. Sebenarnya aku ingin sekali mencoba berkenalan dengannya, tapi aku merasa canggung dan aku sedang menghadapi banyak masalah yang mengakibatkan aku mengalami krisis kepercayaan diri.

Libur kuliah akhirnya berakhir juga dan aku harus kembali menjalani rutinitasku sebagai karyawan swasta sekaligus mahasiswa. Tanggal 28 Agustus kemarin adalah kesempatan terakhir untuk bisa berkenalan dengannya. Namun apa dayaku, dia malah pindah tempat duduk.

Kami tidak pernah saling berbicara walaupun beberapa kali kami hanya saling menatap. Aku bingung bagaimana caranya untuk mengatakan bahwa hari itu adalah hari terakhirku untuk bisa ibadah Kamis. Rasanya aneh bila aku menghampirinya dan mengatakan 'sampai ketemu lagi tahun depan'. Selesai ibadah sebenarnya kesempatan itu ada, tapi ternyata dia sedang bersama temannya. Nyaliku tiba-tiba menciut dan aku pun pergi melengos begitu saja. Kesempatan itu pun hilang begitu saja dan aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal di dalam hatiku saja.

Kejadian ini mengingatkanku akan seseorang di masa lalu. Dulu, kupikir dia tidak berniat pamitan kepadaku. Sekarang setelah aku mengalaminya dan merasakan bagaimana perjuangan batin untuk bisa mengucapkan selamat tinggal. Walaupun ada beberapa kesempatan, tapi lidah ini terasa kelu untuk mengucapkan kata-kata itu.

Untuk semua orang yang pernah kutemui dalam hidupku, aku yakin bila langit berkehendak jika memang masih berjodoh untuk bertemu, pasti akan bertemu. Suatu hari nanti.

Comments

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

Setahun Setelah Keliling Indonesia