Hari buruh 1 Mei
Hari ini adalah hari Kamis tanggal 1 Mei 2014. Tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari buruh internasional atau dikenal dengan istilah May Day. Di Indonesia khususnya di kota-kota besar, peringatan hari buruh dirayakan dengan mengadakan demo besar-besaran. Seringnya para demonstran ini membuat kemacetan dimana-mana, sehingga akhirnya pemerintah menetapkan hari buruh menjadi hari libur nasional.
Dalam sebuah bincang-bincang di TV, seorang narasumber mengatakan begini: "Bagi seorang pengusaha, tidak masalah untuk menaikkan upah buruh. Yang penting adalah outputnya."
Bagi seorang pengusaha, memang yang penting adalah keuntungan, keuntungan, dan keuntungan. Lagian siapa yang mau berinvestasi tapi tidak mengharapkan uangnya kembali berlipat kali ganda? Lembaga-lembaga non-profit saja mengharapkan sesuatu dari yang diberinya apalagi organisasi profit yang memang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengeluaran sekecil-kecilnya.
Tetapi tahukah para pengusaha tersebut bahwa kinerja seseorang sangat ditentukan oleh gaji yang diberikan padanya? Gaji berbanding lurus dengan kinerja. Ketika seseorang menerima kenaikan gaji, orang tersebut akan merasa dihargai dan dibutuhkan oleh majikannya sehingga kerjanya akan semakin meningkat. Sebaliknya jika gaji tidak bertambah, kinerja orang tersebut akan begitu-begitu saja dan lama-lama akan menurun.
Ketika narasumber tersebut mengatakan 'yang penting adalah outputnya', aku merasa bahwa sebenarnya pengusaha tersebut tidak mempercayai pekerja-pekerjanya. Jika memang para pengusaha ini tidak mempercayai para pekerjanya, seharusnya dari awal, perusahaan merekrut orang-orang yang bisa bekerja untuk mendukung rencana strategis perusahaan. Jika memang pada proses rekrutmen, perusahaan mempekerjakan kandidat terbaik, seharusnya tidak ada lagi ketakutan para pengusaha dengan dalih 'yang penting adalah output.'
Jika kita memperlengkapi diri kita dengan berbagai kualifikasi, kita membuat diri kita menjadi mempunyai nilai. Pemberi kerja mana yang tidak mau membayar mahal orang yang mempunyai nilai untuk perusahaannya?
Sepanjang pengalamanku bekerja selama 9 tahun di industri IT, seringkali aku melihat orang-orang yang ingin sekali dihargai namun tidak menunjukkan bahwa dia memang layak untuk dihargai. Ada lagi yang ingin gajinya naik namun tidak menunjukkan kinerja yang baik selama bekerja.
Kinerja sejalan dengan penghargaan. Semakin tinggi kinerja seseorang, dia akan semakin dihargai bisa berupa pujian, kenaikan gaji, kompensasi/bonus, kenaikan jabatan, dll. Semakin dihargai seseorang, dia akan semakin bersemangat bekerja.
Tuntutan para buruh untuk menaikkan UMP menurutku tidak rasional. Jika pada akhirnya pemerintah menyetujui kenaikan UMP, maka para pengusaha ini juga akan menaikkan harga jual produknya dan harga-harga yang lain pun jadi ikut naik. Jadi, sama saja kan, kenaikan gaji tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup para buruh tersebut.
Yang terpenting adalah meningkat nilai diri kita dulu, supaya kita mendapat gaji yang lebih layak lagi. Setiap orang seharusnya berkomitmen untuk terus meningkan kualitas dirinya. Semakin berkualitas seseorang, kenaikan gaji akan mengikutinya.
Dalam sebuah bincang-bincang di TV, seorang narasumber mengatakan begini: "Bagi seorang pengusaha, tidak masalah untuk menaikkan upah buruh. Yang penting adalah outputnya."
Bagi seorang pengusaha, memang yang penting adalah keuntungan, keuntungan, dan keuntungan. Lagian siapa yang mau berinvestasi tapi tidak mengharapkan uangnya kembali berlipat kali ganda? Lembaga-lembaga non-profit saja mengharapkan sesuatu dari yang diberinya apalagi organisasi profit yang memang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengeluaran sekecil-kecilnya.
Tetapi tahukah para pengusaha tersebut bahwa kinerja seseorang sangat ditentukan oleh gaji yang diberikan padanya? Gaji berbanding lurus dengan kinerja. Ketika seseorang menerima kenaikan gaji, orang tersebut akan merasa dihargai dan dibutuhkan oleh majikannya sehingga kerjanya akan semakin meningkat. Sebaliknya jika gaji tidak bertambah, kinerja orang tersebut akan begitu-begitu saja dan lama-lama akan menurun.
Ketika narasumber tersebut mengatakan 'yang penting adalah outputnya', aku merasa bahwa sebenarnya pengusaha tersebut tidak mempercayai pekerja-pekerjanya. Jika memang para pengusaha ini tidak mempercayai para pekerjanya, seharusnya dari awal, perusahaan merekrut orang-orang yang bisa bekerja untuk mendukung rencana strategis perusahaan. Jika memang pada proses rekrutmen, perusahaan mempekerjakan kandidat terbaik, seharusnya tidak ada lagi ketakutan para pengusaha dengan dalih 'yang penting adalah output.'
Jika kita memperlengkapi diri kita dengan berbagai kualifikasi, kita membuat diri kita menjadi mempunyai nilai. Pemberi kerja mana yang tidak mau membayar mahal orang yang mempunyai nilai untuk perusahaannya?
Sepanjang pengalamanku bekerja selama 9 tahun di industri IT, seringkali aku melihat orang-orang yang ingin sekali dihargai namun tidak menunjukkan bahwa dia memang layak untuk dihargai. Ada lagi yang ingin gajinya naik namun tidak menunjukkan kinerja yang baik selama bekerja.
Kinerja sejalan dengan penghargaan. Semakin tinggi kinerja seseorang, dia akan semakin dihargai bisa berupa pujian, kenaikan gaji, kompensasi/bonus, kenaikan jabatan, dll. Semakin dihargai seseorang, dia akan semakin bersemangat bekerja.
Tuntutan para buruh untuk menaikkan UMP menurutku tidak rasional. Jika pada akhirnya pemerintah menyetujui kenaikan UMP, maka para pengusaha ini juga akan menaikkan harga jual produknya dan harga-harga yang lain pun jadi ikut naik. Jadi, sama saja kan, kenaikan gaji tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup para buruh tersebut.
Yang terpenting adalah meningkat nilai diri kita dulu, supaya kita mendapat gaji yang lebih layak lagi. Setiap orang seharusnya berkomitmen untuk terus meningkan kualitas dirinya. Semakin berkualitas seseorang, kenaikan gaji akan mengikutinya.
Comments
Post a Comment