Cinta Pertama
Cinta pertamaku itu berinisial F. Kami pertama kali bertemu di tahun 2009. Perusahaan tempat kami kerja bertetangga dan kami bertemu hampir setiap hari.
Aku menyebut pria itu sebagai cinta pertama bukan karena dia pacar pertamaku, dia juga bukan laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta. Aku menyebutnya cinta pertama karena dia orang pertama yang membuatku benar-benar merasakan makna sebenarnya dari jatuh cinta.
Sejak mengenalnya aku mengeluarkan sisi-sisi feminim yang ada di dalam diriku. Sejak mengenalnya aku menyadari bahwa aku adalah wanita dan harus selalu berpenampilan menarik. Sejak mengenalnya sifat-sifatku berubah ke arah yang baik. Sejak mengenalnya aku menjadi orang yang lebih baik.
Dia adalah cinta pertamaku. Walaupun perpisahan kami meninggalkan luka yang dalam di hatiku dan baru sembuh setelah 2 tahun, dia tetaplah cinta pertamaku dan akan menjadi kenangan indah seumur hidupku.
Setelah empat tahun berlalu sejak kami terakhir kali bertemu, kadang-kadang aku bertanya pada diriku sendiri bagaimana jika seandainya kami bertemu lagi? Apakah aku siap bertemu dengannya? Apakah aku akan menangis? Apakah aku akan melampiaskan kekesalanku karena sudah meninggalkanku tanpa ucapan selamat tinggal?
Entahlah.
Sejujurnya, kadang-kadang aku penasaran ingin sekali mengetahui kabar mengenai dirinya. Dari dasar hatiku yang paling dalam aku sangat berharap semoga dia mendapat pekerjaan yang baik dan hidup bahagia.
Jika seandainya kami bertemu lagi ada beberapa pertanyaan yang ingin sekali kutanyakan kepadanya.
1. Apa kabarnya? Apakah selama ini dia sehat-sehat saja?
2. Bagaimana studinya? Apakah semuanya berjalan lancar?
Setelah itu aku akan mengucapkan selamat tinggal dan semoga kami bisa bertemu lagi jika langit berkehendak.
Aku menyebut pria itu sebagai cinta pertama bukan karena dia pacar pertamaku, dia juga bukan laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta. Aku menyebutnya cinta pertama karena dia orang pertama yang membuatku benar-benar merasakan makna sebenarnya dari jatuh cinta.
Sejak mengenalnya aku mengeluarkan sisi-sisi feminim yang ada di dalam diriku. Sejak mengenalnya aku menyadari bahwa aku adalah wanita dan harus selalu berpenampilan menarik. Sejak mengenalnya sifat-sifatku berubah ke arah yang baik. Sejak mengenalnya aku menjadi orang yang lebih baik.
Dia adalah cinta pertamaku. Walaupun perpisahan kami meninggalkan luka yang dalam di hatiku dan baru sembuh setelah 2 tahun, dia tetaplah cinta pertamaku dan akan menjadi kenangan indah seumur hidupku.
Setelah empat tahun berlalu sejak kami terakhir kali bertemu, kadang-kadang aku bertanya pada diriku sendiri bagaimana jika seandainya kami bertemu lagi? Apakah aku siap bertemu dengannya? Apakah aku akan menangis? Apakah aku akan melampiaskan kekesalanku karena sudah meninggalkanku tanpa ucapan selamat tinggal?
Entahlah.
Sejujurnya, kadang-kadang aku penasaran ingin sekali mengetahui kabar mengenai dirinya. Dari dasar hatiku yang paling dalam aku sangat berharap semoga dia mendapat pekerjaan yang baik dan hidup bahagia.
Jika seandainya kami bertemu lagi ada beberapa pertanyaan yang ingin sekali kutanyakan kepadanya.
1. Apa kabarnya? Apakah selama ini dia sehat-sehat saja?
2. Bagaimana studinya? Apakah semuanya berjalan lancar?
Setelah itu aku akan mengucapkan selamat tinggal dan semoga kami bisa bertemu lagi jika langit berkehendak.
Comments
Post a Comment