14) Pantai Lagundri
Pantai Lagundri merupakan salah satu pantai terbaik di pulau Nias. Lagundri berlokasi di kabupaten Nias selatan, bersebelahan dengan Sorake.
Ombak di pantai Lagundri tidak begitu besar malah kadang tidak ada. Katanya tergantung arah angin, hmmm aku sih kurang mengerti untuk masalah begini-begini. Di pantai inilah pertama kali aku belajar berselancar. Ya ya, ombak di Lagundri memang sangat cocok untuk peselancar pemula seperti aku ini.
Biasanya Helbin dan aku jalan kaki dari Sorake menuju Lagundri. Sebenarnya pemandangannya bagus, namun kaki agak sakit karena berjalan di atas pantai berkarang. Ya, di sepanjang pantai dari Sorake menuju Lagundri kita akan disuguhi karang-karang yang sudah mati selama bertahun-tahun. Namun demikian, satu hal yang paling aku suka dari batu karang adalah banyak binatang laut disana.
Setiap hari aku belajar berselancar di Lagundri. Helbin adalah tipikal orang yang suka bercerita. Ketika sedang menunggu ombak biasanya dia akan menceritakan informasi seputar Nias seperti beberapa mantan bupati yang baru saja turun jabatan selalu berujung masuk penjara karena kasus korupsi, juga kejadian Tsunami tahun 2005.
Pantai Lagundri biasanya selalu sepi. Hanya satu dua orang yang berselancar. Sementara di hari Sabtu, Lagundri biasanya menjadi tempat bermain anak-anak kecil. Anak-anak yang sedang belajar fahombo tapi dengan menggunakan media kayu bukan batu, sangat menarik perhatianku. Padahal budaya itu sudah tidak diterapkan lagi oleh masyarakat Nias, tapi mereka tetap semangat untuk belajar. Selain itu, aku kagum kepada anak-anak yang belajar berselancar tanpa instruktur. Hebat euy.
Pantai Lagundri biasanya ramai di hari Minggu setelah jam 12 siang. Pagi hari mereka pergi ke gereja setelah itu bersama teman-teman atau keluarga mereka berpiknik di pantai. Aktivitas para pengunjung ini biasanya adalah main air laut, berselancar, duduk-duduk menikmati samudra Indonesia, pacaran. Dan mayoritas yang datang adalah anak muda.
Saat aku sedang jalan-jalan menikmati pantai Lagundri, seorang anak kecil baru selesai berselancar datang menghampiriku dan menawarkan rental papan selancar 5.000 sejam. Aku menolaknya dengan mengatakan bahwa aku sudah punya papan selancar. Dan memang, aku punya papan selancar yang kusewa 50.000/hari.
Ada kisah horor mengenai pantai ini. Sudah beberapa kali orang meninggal. Mungkin mereka tidak terlalu bisa berenang, lalu mereka berenang ke tengah laut. Memang laut Lagundri tidak terlalu dalam, tapi terkadang arus laut bisa membawa kita makin ke tengah. Aku sering kali mengalaminya ketika sedang belajar berselancar. Tapi aku punya papan selancar, jadi aku tidak perlu takut tenggelam.
Sanaly melarang putrinya, Deni untuk menceritakan kejadian tersebut kepadaku dengan alasan supaya aku tidak takut belajar berselancar di Lagundri. Deni menceritakannya di sore terakhirku di Nias ketika kami sedang jalan-jalan di sepanjang pantai.
Pantai Lagundri tidak masuk ke dalam daftar pantai favoritkku. Dan tidak banyak yang bisa aku ceritakan mengenai pantai ini. Namun, jika ke Nias terutama ke Sorake, jangan lupa menikmati pantai Lagundri.
Pantai Lagundri |
Sepanjang pantai dari Sorake menuju Lagundri |
Belajar surfing di Lagundri |
Setiap hari aku belajar berselancar di Lagundri. Helbin adalah tipikal orang yang suka bercerita. Ketika sedang menunggu ombak biasanya dia akan menceritakan informasi seputar Nias seperti beberapa mantan bupati yang baru saja turun jabatan selalu berujung masuk penjara karena kasus korupsi, juga kejadian Tsunami tahun 2005.
Pantai Lagundri biasanya selalu sepi. Hanya satu dua orang yang berselancar. Sementara di hari Sabtu, Lagundri biasanya menjadi tempat bermain anak-anak kecil. Anak-anak yang sedang belajar fahombo tapi dengan menggunakan media kayu bukan batu, sangat menarik perhatianku. Padahal budaya itu sudah tidak diterapkan lagi oleh masyarakat Nias, tapi mereka tetap semangat untuk belajar. Selain itu, aku kagum kepada anak-anak yang belajar berselancar tanpa instruktur. Hebat euy.
Pantai Lagundri biasanya ramai di hari Minggu setelah jam 12 siang. Pagi hari mereka pergi ke gereja setelah itu bersama teman-teman atau keluarga mereka berpiknik di pantai. Aktivitas para pengunjung ini biasanya adalah main air laut, berselancar, duduk-duduk menikmati samudra Indonesia, pacaran. Dan mayoritas yang datang adalah anak muda.
Saat aku sedang jalan-jalan menikmati pantai Lagundri, seorang anak kecil baru selesai berselancar datang menghampiriku dan menawarkan rental papan selancar 5.000 sejam. Aku menolaknya dengan mengatakan bahwa aku sudah punya papan selancar. Dan memang, aku punya papan selancar yang kusewa 50.000/hari.
Ada kisah horor mengenai pantai ini. Sudah beberapa kali orang meninggal. Mungkin mereka tidak terlalu bisa berenang, lalu mereka berenang ke tengah laut. Memang laut Lagundri tidak terlalu dalam, tapi terkadang arus laut bisa membawa kita makin ke tengah. Aku sering kali mengalaminya ketika sedang belajar berselancar. Tapi aku punya papan selancar, jadi aku tidak perlu takut tenggelam.
Sanaly melarang putrinya, Deni untuk menceritakan kejadian tersebut kepadaku dengan alasan supaya aku tidak takut belajar berselancar di Lagundri. Deni menceritakannya di sore terakhirku di Nias ketika kami sedang jalan-jalan di sepanjang pantai.
Nias, nama ini sudah sejak lama saya kenal. Pulau dengan ombak pantainya yang begitu akrab dengan kata berselancar, begitu juga budaya lompat batunya. Saya pernah mempelajari rute menuju ke tempat ini, tapi saya kira butuh waktu yang lebih. semoga bisa juga ke tempat ini. Salut buat mba Asina yang telah menikmati keindahan ombak Nias dan juga keramahan budayanya.
ReplyDeleteAminnnn... semoga suatu hari mas imam bisa ke pulau ini dan beruntung bisa lihat lompat batunya.
Delete