7) Berburu orangutan di hutan Bohorok
Pagi hari yang cerah di Bukit Lawang. Dan hal yang pertama kali kulakukan adalah meminta pindah kamar. Aku sudah tidak tahan melihat monyet-monyet yang berkeliaran di sekitar kamarku. Lalu aku dikasih kamar yang letaknya persis di pinggir sungai dan fasilitasnya lebih bagus dari kamar sebelumnya.
Sembari sarapan, aku berbincang-bincang dengan Ucok, pegawai penginapan, mengenai aktivitas yang bisa kulakukan selama di Bukit Lawang. Ucok menawariku sebuah paket trekking ke hutan selama 3 jam setelah itu tubing di sungai Bohorok. Sebenarnya aku sudah cukup puas merasakan sensasinya tubing di Tangkahan. Tapi setelah berpikir sejenak bahwa jeram di sungai Buluh (Tangkahan) berbeda dengan sungai Bohorok. Sepertinya tubing di sungai Bohorok cukup layak untuk dicoba. Setelah sepakat mengenai harganya, akhirnya aku setuju untuk ambil paket yang ditawarkan oleh Ucok.
"Baiklah. Intinya aku harus melihat orangutan ya Cok, karena itu misi utamaku datang ke Bukit Lawang ini."
"Siap bos."
"Mantap!"
Selagi aku menunggu Ucok menyelesaikan urusannya, ada seorang anak remaja menawariku trekking dua hari di hutan. Aku adalah tipe orang yang selalu mengikuti itenari. Aku mencoba menolak tawarannya dengan alasan aku tidak membawa kantung tidur. Anak tersebut mengatakan tidak perlu kuatir mengenai hal tersebut, tapi tetap saja saat ini aku memang sedang tidak berminat bermalam di dalam hutan. Mungkin suatu hari nanti aku akan mencobanya.
Sekitar tahun 2006, waktu aku masih kuliah di Politeknik Informatika Del, aku bersama dengan beberapa orang temanku pernah trekking di sebuah hutan bernama Taman Eden. Seingatku, di hutan itu ada banyak pohon dan tanahnya lembab, tapi tidak ada serangga kelaparan. Ternyata hutan Bohorok berbeda dengan Taman Eden. Aku salah kostum dengan memakai celana pendek, alhasil ketika aku sedang mengambil beberapa foto monyet atau suasana hutan, rombongan nyamuk tanpa ampun menyerangku. Kakiku pun merah-merah bengkak disana-sini karena gigitan nyamuk-nyamuk nakal.
Hutan selalu menjadi tempat yang sempurna buatku untuk merasakan ketenangan. Tapi sepertinya Ucok adalah tipe orang yang tidak sabaran. Dia tidak memberiku banyak waktu untuk duduk sejenak, menghirup udara segar, dan menikmati alam sekitarku. Padahal aku masih ingin duduk berlama-lama. Aku begitu terpesona melihat pohon-pohon di hutan Bohorok ini. Aku belum pernah melihat pohon setinggi ini. Pohon-pohonnya menjulang tinggi ke langit. Aku juga melihat beberapa pohon yang sangat tinggi dan besar sekali. Aku benar-benar terkagum-kagum. Begitu luar biasa Tuhan menciptakan alam seperti ini.
Perjalanan kami cukup melelahkan karena medannya sangat curam dan licin akibat hujan deras semalam. Beberapa kali aku berpapasan dengan rombongan turis-turis bule yang sudah tua. Aku benar-benar salut melihat mereka. Sepertinya usia yang sudah uzur tidak membuat tenaga dan semangat mereka berkurang untuk trekking di hutan Bohorok ini padahal medan yang dilalui bukan kategori mudah. Baiklah, tidak mudah bagiku.
Ketika kami tiba di air terjun, semua rasa lelah dan keringat yang bercucuran menjadi tidak ada artinya. Airnya dingin sekali seperti es. Sayangnya aku sedang tidak ingin basah-basahan. Aku ingin basah-basahan nanti ketika tubing saja.
Sampai kami keluar dari hutan, kami tidak menemukan satu pun orangutan. Kemana mereka pergi? Kami sudah mencarinya kemana-mana. Padahal menurut sumber, ada sekitar 7 ribuan ekor orangutan Sumatra. Aku cukup kecewa. Misiku datang ke Bukit Lawang hanyalah melihat orangutan. Orangutan termasuk species yang terancam punah. Dan aku ingin sekali melihat hewan ini sebelum punah dari muka bumi.
Untuk kembali ke penginapan, kami masih harus berjuang menyebrangi sungai Bohorok. Walaupun kedalamannya hanya selutut, tapi arusnya cukup deras. Beberapa kali aku nyaris terjatuh karena arusnya terlalu keras mendorongku, dan segera aku langsung memegang tangan Ucok dengan erat.
Sesampainya di restoran, aku lihat jam. Hebat, kami trekking persis 3 jam seperti yang sudah dikatakan oleh Ucok tadi pagi. Hmmm, sepertinya jalur trekking yang kami lalui tadi memang biasanya ditempuh dalam waktu 3 jam.
Hari ini aku tidak jadi tubing karena Balu yang seharusnya akan membawaku tubing sedang sibuk. Lalu kami menyepakati akan tubing besok pagi. Sore itu aku menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sepanjang sungai. Lalu aku istirahat sejenak di sebuah warung kecil sambil berbincang-bincang dengan pemiliknya.
Wanita pemilik warung ini mengatakan padaku bahwa biasanya para pemilik penginapan beristrikan orang bule kecuali pemilik Sam's Bungalow, bahkan para pemandunya juga memiliki istri orang bule. Orang-orang disini ingin sekali memiliki istri orang bule makanya mereka berusaha memikat hati cewek bule yang sedang berlibur disini.
Bang Agum, pemilik penginapan, mengundangku untuk pesta kecil-kecilan yang akan diadakan malam ini, tapi suasana hatiku tiba-tiba rusak karena sebuah SMS. Aku menyesal membawa handphone. Kalau murni hanya ingin liburan, pantangannya cuma satu. Jangan bawa handphone.
Kemudian aku mematikan handphone, lalu tidur-tiduran di tempat tidur gantung di depan kamarku. Aku menghabiskan malam dengan menikmati kesendirianku. Ketika larut malam, aku masuk ke kamar dan tidur.
Sembari sarapan, aku berbincang-bincang dengan Ucok, pegawai penginapan, mengenai aktivitas yang bisa kulakukan selama di Bukit Lawang. Ucok menawariku sebuah paket trekking ke hutan selama 3 jam setelah itu tubing di sungai Bohorok. Sebenarnya aku sudah cukup puas merasakan sensasinya tubing di Tangkahan. Tapi setelah berpikir sejenak bahwa jeram di sungai Buluh (Tangkahan) berbeda dengan sungai Bohorok. Sepertinya tubing di sungai Bohorok cukup layak untuk dicoba. Setelah sepakat mengenai harganya, akhirnya aku setuju untuk ambil paket yang ditawarkan oleh Ucok.
"Baiklah. Intinya aku harus melihat orangutan ya Cok, karena itu misi utamaku datang ke Bukit Lawang ini."
"Siap bos."
"Mantap!"
Selagi aku menunggu Ucok menyelesaikan urusannya, ada seorang anak remaja menawariku trekking dua hari di hutan. Aku adalah tipe orang yang selalu mengikuti itenari. Aku mencoba menolak tawarannya dengan alasan aku tidak membawa kantung tidur. Anak tersebut mengatakan tidak perlu kuatir mengenai hal tersebut, tapi tetap saja saat ini aku memang sedang tidak berminat bermalam di dalam hutan. Mungkin suatu hari nanti aku akan mencobanya.
Sekitar tahun 2006, waktu aku masih kuliah di Politeknik Informatika Del, aku bersama dengan beberapa orang temanku pernah trekking di sebuah hutan bernama Taman Eden. Seingatku, di hutan itu ada banyak pohon dan tanahnya lembab, tapi tidak ada serangga kelaparan. Ternyata hutan Bohorok berbeda dengan Taman Eden. Aku salah kostum dengan memakai celana pendek, alhasil ketika aku sedang mengambil beberapa foto monyet atau suasana hutan, rombongan nyamuk tanpa ampun menyerangku. Kakiku pun merah-merah bengkak disana-sini karena gigitan nyamuk-nyamuk nakal.
Hutan Bohorok |
Perjalanan kami cukup melelahkan karena medannya sangat curam dan licin akibat hujan deras semalam. Beberapa kali aku berpapasan dengan rombongan turis-turis bule yang sudah tua. Aku benar-benar salut melihat mereka. Sepertinya usia yang sudah uzur tidak membuat tenaga dan semangat mereka berkurang untuk trekking di hutan Bohorok ini padahal medan yang dilalui bukan kategori mudah. Baiklah, tidak mudah bagiku.
Ketika kami tiba di air terjun, semua rasa lelah dan keringat yang bercucuran menjadi tidak ada artinya. Airnya dingin sekali seperti es. Sayangnya aku sedang tidak ingin basah-basahan. Aku ingin basah-basahan nanti ketika tubing saja.
Sampai kami keluar dari hutan, kami tidak menemukan satu pun orangutan. Kemana mereka pergi? Kami sudah mencarinya kemana-mana. Padahal menurut sumber, ada sekitar 7 ribuan ekor orangutan Sumatra. Aku cukup kecewa. Misiku datang ke Bukit Lawang hanyalah melihat orangutan. Orangutan termasuk species yang terancam punah. Dan aku ingin sekali melihat hewan ini sebelum punah dari muka bumi.
Sungai Bohorok |
Sesampainya di restoran, aku lihat jam. Hebat, kami trekking persis 3 jam seperti yang sudah dikatakan oleh Ucok tadi pagi. Hmmm, sepertinya jalur trekking yang kami lalui tadi memang biasanya ditempuh dalam waktu 3 jam.
Hari ini aku tidak jadi tubing karena Balu yang seharusnya akan membawaku tubing sedang sibuk. Lalu kami menyepakati akan tubing besok pagi. Sore itu aku menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sepanjang sungai. Lalu aku istirahat sejenak di sebuah warung kecil sambil berbincang-bincang dengan pemiliknya.
Wanita pemilik warung ini mengatakan padaku bahwa biasanya para pemilik penginapan beristrikan orang bule kecuali pemilik Sam's Bungalow, bahkan para pemandunya juga memiliki istri orang bule. Orang-orang disini ingin sekali memiliki istri orang bule makanya mereka berusaha memikat hati cewek bule yang sedang berlibur disini.
Bang Agum, pemilik penginapan, mengundangku untuk pesta kecil-kecilan yang akan diadakan malam ini, tapi suasana hatiku tiba-tiba rusak karena sebuah SMS. Aku menyesal membawa handphone. Kalau murni hanya ingin liburan, pantangannya cuma satu. Jangan bawa handphone.
Kemudian aku mematikan handphone, lalu tidur-tiduran di tempat tidur gantung di depan kamarku. Aku menghabiskan malam dengan menikmati kesendirianku. Ketika larut malam, aku masuk ke kamar dan tidur.
Comments
Post a Comment