[Bali] Mandi air suci di Pura Tirtha Empul

Kebetulan sekali sedang ada upacara di Pura Tirtha Empul. Pura Tirtha Empul adalah sebuah pura di Tampaksiring, Gianyar. Pura ini bersebelahan dengan istana presiden.

Ketika aku memasuki kawasan pura, aku merasakan suasana yang damai. Walaupun hari ini banyak sekali orang disini tapi suasananya tidak riuh. Di pintu masuk aku melihat beberapa orang sedang melakukan sembahyang. Walaupun orang lalu lalang di sekitar mereka, mereka tetap khusuk berdoa. Masyarakat Hindu Bali memang sangat terkenal sangat taat beribadah.

Mandi air suci bagi umat Hindu
Lalu di kolam, aku melihat lebih banyak lagi orang. Mereka sedang mandi di pancuran. Lalu aku tanya kepada seorang bapak apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang ini. Si bapak ini menjelaskan bahwa sebenarnya mereka sedang melakukan ritual membersihkan diri. Membersihkan diri secara lahir dan batin dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada dalam hidup kita. Siapapun yang telah membersihkan diri niscaya akan mendapat berkah.

Dulu kolam ini adalah tempat mandinya para bidadari. Setiap pancuran mengandung makna tersendiri. Ada sekitar 30 pancuran dan ada dua pancuran yang tidak boleh diminum airnya.

Si bapak menyuruhku untuk mencoba, tapi aku menolaknya dengan sopan. Aku malas mengambil baju ganti di dalam mobil karena parkirannya cukup jauh. Lalu aku melihat ada beberapa turis bule ikut mandi di dalam kolam. Setelah mandi, mereka lalu duduk. Dengan sikap meditasi mereka berdoa dengan khusuknya.

Bule-bule yang baru selesai mandi
Setelah puas melihat-lihat orang yang mandi, lalu aku lanjut berkeliling pura. Ketika aku melihat istana presiden, aku pun ingin melihat situasi di sekitar istana. Rumputnya dirawat dan suasananya sangat asri.

Di dalam pura, ada sebuah kolam yang tidak boleh dimasuki, namanya Taman Suci. Aku tidak tahu kenapa dilarang tapi melihat situasi kolamnya memang wajar tidak boleh ada yang mencoba bermain di sekitar kolam. Kolam penuh dengan lumut atau semacam tumbuhan air berwarna hijau. Kita sama sekali tidak dapat melihat dasar kolam. Sangat berbahaya jika ada mencoba masuk ke dalam.

Taman Suci yang tidak boleh dimasuki
Setelah puas melihat-lihat Taman Suci, aku duduk mengamati orang-orang yang sedang sembahyang. Tiba-tiba sang pendeta melihatku dengan pandangan tidak senang. Aku heran. Apa aku tidak boleh melihat orang sedang sembahyang? Apa itu sikap yang tidak sopan? Tapi aku lihat banyak kok turis lain juga sedang melihat orang-orang yang sedang sembahyang. [Setelah keluar dari pura, barulah aku tahu ternyata aku sedang memakai celana pendek dan tidak mengikatkan selendang di pinggangku. Pantas, pendeta tadi tidak senang melihatku.]

Lalu aku pun lanjut melihat sisi lain pura. Ada sebuah kolam yang di dalamnya banyak sekali uang koin. Seorang ibu dan putranya melemparkan uang koin ke dalam kolam. Kutanya buat apa koin tersebut? Ibu tersebut bilang kalau kita lempar uang ke dalam kolam niscaya doa kita akan terkabul. Aku coba cari-cari koin di dalam dompetku. Tiba-tiba ibu tersebut memberiku uang 500 perak. Aku ambil uang tersebut sambil mengucapkan terima kasih.

Kolam permohonan
Aku lempar uang tersebut sambil mengucapkan satu permintaan. Permintaanku adalah, hmmm, sebaiknya ini jadi rahasia pribadiku saja. Oh ya, satu hal yang membuat aku heran. Sekian banyak orang yang melemparkan uang koin ke dalam kolam tapi kenapa kolamnya tidak penuh dengan uang?

Ketika aku teruskan berkeliling pura, aku lihat sebuah kolam ikan mas. Aku duduk cukup lama di kolam ini. Menyenangkan sekali bisa berada disini. Sangat damai dan sejuk.

Setelah puas menikmati Pura Tirtha Empul, aku telepon bli Putu yang sedang menunggu di parkiran. Kami pun melanjutkan perjalanan.


Comments

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

Setahun Setelah Keliling Indonesia