14> Damainya Ubud

Sejak buku dan film Eat, Pray, Love dirilis, nama Ubud semakin mendunia. Ubud yang dulunya dikenal sebagai tempat yang tenang dan tidak terlalu banyak turis, sekarang sedikit demi sedikit kesan itu sudah mulai hilang. Memang tidak seramai Kuta, tapi siang hari kemacetan di sekitar Ubud Center sudah menjadi hal biasa.

Sebuah galeri lukisan di Ubud Center
Ubud adalah tempat berkumpulnya para seniman Bali maupun mancanegara. Jika tertarik akan dunia seni, ingin belajar atau membeli, disinilah tempat yang tepat. Disini kita akan menemukan galeri-galeri seni yang tak terhitung jumlahnya serta museum-museum seni seperti Museum Puri Lukisan atau Museum Rudana.

Bagi yang sudah membaca buku Eat, Pray, Love maupun yang sudah menonton filmnya, tentulah nama Ketut Liyer dan Wayan Nuriyasih tidak asing lagi. Kedua orang ini mengobati orang sakit dengan cara alternatif. Mungkin ada yang mau diramal oleh Ketut Liyer?

Bagi yang suka suasana alam dan persawahan, di Ubud masih banyak kita temukan pepohon hijau. Kalau mau lihat sawah terasering kita bisa pergi ke Tegal Lalang, tidak jauh dari Ubud. Indah sekali. Melihat hamparan sawah yang hijau bisa membuat hati menjadi damai. Kita pun bisa dengan tenang melakukan yoga atau meditasi.

Pasar Ubud
Bagi yang hobi belanja, di sepanjang Ubud Center banyak sekali toko cinderamata, tak terhitung jumlahnya. Atau jika ingin suasana tradisional dan melakukan tawar-menawar ada Pasar Ubud yang lokasinya persis di Ubud Center.

Bagi yang suka petualangan dengan binatang, ada Monkey Forest dan Elephant Safari Park. Di Monkey Forest, kita dianjurkan untuk berhati-hati karena monyet-monyetnya sangat agresif. Jangan sampai kamera atau topi kita direbut dan dibawa lari oleh monyet. Di Ubud Center aku melihat David Beckam terpajang dengan gantengnya di sebuah baliho Safari Park. Belum lama, David Beckam bersama keluarganya baru saja berlibur disini.

Bagi yang suka petualangan dengan adrenalin tinggi bisa dibuktikan dengan arung jeram di sungai Ayung. Memang sih jeramnya masuk ke dalam kategori kelas 2 dan 3 yang medannya tidak terlalu berbahaya.

Warung babi guling
Bagi yang suka kuliner, Ubud menawarkan banyak sekali jenis makanan. Mau makanan lokal, ada. Mau makanan barat, ada. Mau makanan Padang, ada. Mau makanan Jepang juga ada. Atau mau makanan khas Bali seperti bebek bengil, juga ada. Bahkan bagi yang mau mencicipi makanan yang benar-benar khas Bali yaitu babi guling, bisa mencobanya di rumah makan Oka.

Oh ya, aku ingin sekali coba makan babi guling tapi ternyata temanku tidak bisa makan daging babi. Akhirnya kami makan nasi goreng di sebuah cafe.

Pemandangan dari villa Paloma
Banyak hal yang bisa dilakukan di Ubud. Tapi hanya satu hal yang paling aku suka dari Ubud yaitu kedamaiannya. Aku benar-benar menikmati liburanku walaupun temanku selalu takut aku merasa bosan.

Ubud adalah tempat yang sangat damai. Sangat tenang. Suasana yang damai sangat membantu untuk memulihkan batinku yang sedang sakit. Hanya dengan duduk-duduk dan memandangi alam yang hijau di depan mata terasa sangat menyejukkan hati dan pikiran.

[Sekembalinya ke Jakarta, aku langsung membeli buku Eat, Pray, Love. Aku benar-benar ingin tahu bagaimana Elizabeth Gilbert bisa pulih ketika dia sedang kehilangan arah dalam hidupnya. Dan sekarang tanggal 20 Desember 2012, setelah dua tahun berlalu, aku bersyukur liburanku 'yang membosankan' di Ubud benar-benar sangat berperan dalam proses pemulihan hidupku.]

Comments

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

[Bahasa Italia] Kata Sifat