5> Aku dapat teman baru
Setelah tadi merasa puas menikmati kesendirian, tiba-tiba aku ingin ngobrol-ngobrol dengan seseorang. Namun tak ada satu orang pun yang kukenal di pulau ini. Dan lagi sejak ibuku meninggal, aku menjadi orang yang tertutup. Aku berusaha menutup diri supaya apa yang sedang kurasakan tidak dapat dilihat oleh orang lain. Aku juga tidak pernah mencoba membuka diri karena aku takut apa yang berusaha aku sembunyikan ikut muncul ke permukaan.
Aku tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, aku memutuskan jalan-jalan saja di sekitar gemerlapnya dunia malam Gili Trawangan. Sekalian mencari makan malam. Mudah-mudahan aku dapat teman ngobrol malam ini. Seandainya tidak ada, ya tidak apa-apa, aku bisa kembali ke penginapan.
Di jalan, ada seorang cowo menyapaku: "Kok sendiri aja?"
"Iya, aku memang lagi sendiri."
"Duduk dulu dong. Makan sate dulu."
"Ooo, iya boleh boleh."
Lalu aku pun memesan satu porsi sate kepada si ibu penjual. Aku kenalan dengan cowo tersebut dan namanya adalah Joni. Setelah aku selesai memakan sate (rasanya enak), Joni mengajakku ke pantai. Ditemani deru ombak laut Lombok dan semilir angin malam, kami duduk di pantai dan ngobrol-ngobrol tentang banyak hal.
Aku bertanya kepada Joni apakah dia anak bungsu. Dia begitu kaget, bagaimana mungkin aku bisa tahu. Aku cuma tersenyum. Aku bilang kepadanya kelihatan dengan jelas bahwa dia anak bungsu. Dia tidak percaya. Lalu tiba-tiba dia bilang dia kangen ama ibunya dan berharap bisa libur dan pulang ke rumah. Aku bilang ke dia, selagi ibunda masih hidup, bahagiakanlah beliau. Karena ketika beliau sudah tidak ada, tidak ada lagi kesempatan untuk melakukannya. Yang ada hanya penyesalan yang akan diingat seumur hidup.
Di jalan, dia menawarkan mushroom kepada turis-turis yang lewat. Entah apa yang mereka obrolkan. Lalu dia kembali ke tempatku dan menawarkan barang itu kepadaku. Aku menolaknya karena aku tidak pernah pakai barang-barang seperti itu.
Sekarang aku mengerti apa yang dimaksud dengan 'mabuk-mabukan' oleh anak-anak di pelabuhan Bangsal kemarin.
Joni mengatakan dia senang sekali bisa mengenalku dan bisa ngobrol-ngobrol juga. Aku pun mengatakan hal yang sama. Tentu saja aku senang bisa punya teman baru, padahal tadi aku sedikit ragu karena aku tidak tahu bagaimana caranya berbicara dengan orang yang tak dikenal. Ternyata aku hanya perlu membuka diri, tersenyum, maka aku pun akan mendapat teman.
Lalu aku pamit karena aku mau balik ke penginapan, mandi lalu istirahat.
"Nanti balik lagi ya kesini!"
"Hmmm, tapi aku ga janji ya."
"Klo bahasa Inggrisnya gimana bilangnya ya?"
"Hmmm apa ya... Mungkin ini kali ya, I hope you will come back here."
"Atau I like you...."
Aku tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, aku memutuskan jalan-jalan saja di sekitar gemerlapnya dunia malam Gili Trawangan. Sekalian mencari makan malam. Mudah-mudahan aku dapat teman ngobrol malam ini. Seandainya tidak ada, ya tidak apa-apa, aku bisa kembali ke penginapan.
Di jalan, ada seorang cowo menyapaku: "Kok sendiri aja?"
"Iya, aku memang lagi sendiri."
"Duduk dulu dong. Makan sate dulu."
"Ooo, iya boleh boleh."
Lalu aku pun memesan satu porsi sate kepada si ibu penjual. Aku kenalan dengan cowo tersebut dan namanya adalah Joni. Setelah aku selesai memakan sate (rasanya enak), Joni mengajakku ke pantai. Ditemani deru ombak laut Lombok dan semilir angin malam, kami duduk di pantai dan ngobrol-ngobrol tentang banyak hal.
Aku bertanya kepada Joni apakah dia anak bungsu. Dia begitu kaget, bagaimana mungkin aku bisa tahu. Aku cuma tersenyum. Aku bilang kepadanya kelihatan dengan jelas bahwa dia anak bungsu. Dia tidak percaya. Lalu tiba-tiba dia bilang dia kangen ama ibunya dan berharap bisa libur dan pulang ke rumah. Aku bilang ke dia, selagi ibunda masih hidup, bahagiakanlah beliau. Karena ketika beliau sudah tidak ada, tidak ada lagi kesempatan untuk melakukannya. Yang ada hanya penyesalan yang akan diingat seumur hidup.
[Di tahun 2008, aku galau. Aku sedang mengalami krisis jati diri. Aku benar-benar depresi. Kemudian kehidupan membawaku mengenal seorang psikolog yang kemudian menjadi sahabatku hingga hari ini. Beliau banyak sekali membantuku untuk memahami siapa aku ini, bagaimana karakterku, apa kelebihan dan kekuranganku. Beliau juga mengajariku untuk membaca karakter orang lain. Itulah makanya aku bisa membaca karakter Joni walaupun baru kenal.]Tidak berasa ternyata sudah jam 9 dan Joni harus kembali bekerja. Aku diajak ke tempat kerjanya, sebuah penginapan milik orang Italia. Penginapan tersebut dirancang dengan bagus sekali, nyaman, dan airnya sudah diolah menjadi air bersih. Aku jadi ingat air di penginapanku yang masih mengandung air asin (namanya juga penginapan murah).
Di jalan, dia menawarkan mushroom kepada turis-turis yang lewat. Entah apa yang mereka obrolkan. Lalu dia kembali ke tempatku dan menawarkan barang itu kepadaku. Aku menolaknya karena aku tidak pernah pakai barang-barang seperti itu.
Sekarang aku mengerti apa yang dimaksud dengan 'mabuk-mabukan' oleh anak-anak di pelabuhan Bangsal kemarin.
Joni mengatakan dia senang sekali bisa mengenalku dan bisa ngobrol-ngobrol juga. Aku pun mengatakan hal yang sama. Tentu saja aku senang bisa punya teman baru, padahal tadi aku sedikit ragu karena aku tidak tahu bagaimana caranya berbicara dengan orang yang tak dikenal. Ternyata aku hanya perlu membuka diri, tersenyum, maka aku pun akan mendapat teman.
Lalu aku pamit karena aku mau balik ke penginapan, mandi lalu istirahat.
"Nanti balik lagi ya kesini!"
"Hmmm, tapi aku ga janji ya."
"Klo bahasa Inggrisnya gimana bilangnya ya?"
"Hmmm apa ya... Mungkin ini kali ya, I hope you will come back here."
"Atau I like you...."
Comments
Post a Comment