Dunia tanpa suara

sumber gambar: internet
Ada sebuah pepatah yang mengatakan 'silent is golden'. Awalnya aku tidak mengerti makna dari pepatah tersebut. Setelah aku belajar menikmati keheningan, aku pun mulai setuju dengan pepatah tersebut.

Aku mencari tahu siapa diriku, sosok seperti apa yang kuinginkan tercipta dalam diriku, apa makna hidupku, serta bagaimana aku ingin menjalani hidupku ke depannya. Aku menemukan jawabannya di dalam keheningan. Dan aku pun jatuh cinta pada keheningan, walaupun pada dasarnya aku adalah manusia tipe terbuka alias ekstrover.

Sebagai masyarakat Indonesia yang berdomisili di Jakarta, keheningan adalah sesuatu yang mustahil. Aku harus bayar mahal untuk mendapatkannya yaitu dengan pergi berlibur ke luar kota.

Ketika aku liburan, aku hanya ingin "menghilang" sejenak dari hidupku. Aku hanya ingin menikmati dunia tanpa beban. Aku ingin melupakan hari kemarin. Aku ingin seperti anak kecil yang menjalani hari-hari tanpa tujuan, hanya bermain dan bersenang-senang.

Aku menyukai pantai walau hanya duduk-duduk di atas pasir. Hembusan angin di kulitku membuatku terbuai dan melupakan semua masa laluku, yang ada hanya diriku dan pikiranku yang kosong. Deru ombak terdengar seperti irama musik yang membuatku terhanyut ke dalam dunia fantasi yang tak akan pernah menyakitiku.

Aku tidak menyukai panti Kuta Bali karena terlalu ramai, menurutku. Pantai sepi dengan pasirnya yang putih di Gili Trawangan masih menjadi pantai favoritku hingga saat ini.

Ketika aku jatuh cinta kepada pantai, di saat yang sama aku juga merasa penasaran mengenai kehidupan di dasar laut sana. Rasa penasaran yang begitu besar ini kemudian membawaku untuk belajar menyelam (scuba diving).

Petualangan di bawah laut membawaku ke sebuah dunia yang selama ini aku cari yaitu dunia yang hening, dunia tanpa suara sama sekali karena bagaimanapun aku tidak bisa berbicara dengan diving buddy-ku. Namun demikian, aku bukanlah ikan yang mampu bernafas dalam air, aku juga bukan 'Deny si manusia ikan', aku hanya bisa berada di bawah sana selama persediaan udara yang kubawa cukup untuk membuatku bernafas.

Alam di sekitarku bergerak dengan pelan. Ketenangan yang kurasakan membuatku melupakan segalanya sehingga aku hanya bisa fokus dengan alam yang ada di depan mataku. Aku seperti berada di dunia peri dengan makhluk laut kecil berwarna-warni menari-nari di sekitarku.

Aku terus bergerak dalam kesunyian dan kesunyian merasuki jiwaku dan memberikan sensasi yang tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata. Aku begitu menikmati kesendirianku, walaupun aku tak benar-benar sendiri disana.

Selama ini aku hanya tahu bahwa destinasi liburan itu adalah pantai, pantai, dan pantai. Namun ketika aku di Tangkahan, aku merasakan sensasi baru dalam hidupku. Disini aku menemukan dunia yang belum pernah kualami sebelumnya. Dan aku pun jatuh cinta kepada alam liar yang ada di sekitarku.

Hutan memberiku rasa damai dan tenang. Dunia di sekitarku terasa begitu lambat. Waktu berjalan dengan sangat pelan. Hanya alam yang terdengar sedang bernyanyi dan membawa jiwaku ke dimensi lain yang tidak pernah kualami dalam kehidupanku di kota Jakarta.

Keheningan membangunkan kesadaranku bahwa hidup ini hanya untuk dinikmati dan dijalani dengan senantiasa bersyukur. Aku benar-benar menikmati tempo kehidupan yang amat sangat lambat ini, hidup ini seakan-akan tidak memiliki beban sama sekali.

Salam dari keheningan.

[Catatan: ditulis ketika aku sedang berjuang melewati masa-masa sulit (depresi dan gejala skizofrenia) setelah kehilangan ibuku.]

Comments

  1. keheningan...
    terlihat sepele namun mahal harganya..
    yah kadang sebuah perjalanan menyadarkan esensi siapa diri kita sebenernya. kadang kita lupa dan terlarut dalam sebuah kesibukkan.

    salam traveling
    mari terus mencari keheningan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya ya... macam2 memang cara org mendapatkan esensi mengenai dirinya. klo aku mendapatnya abis melakukan perjalanan.

      salam dari keheningan :)

      Delete
  2. alam dan jiwa menyatu menikmati tuhan,, bgt apa yah heheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe begitulah... merasakan Tuhan ketika jiwa kita menyatu dengan alam sekitar kita..

      salam dari keheningan :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

Setahun Setelah Keliling Indonesia