18) Home sweet home

Ilustrasi (sumber foto: powersincdvrestoration.wordpress.com)
Pagi itu, aku bangun dengan mata sembab karena tadi malam aku memang tidak bisa tidur nyenyak. Setelah lampu mati, baru aku bisa melanjutkan tidurku. Aku telah memesan mobil travel untuk jam 9 nanti dan aku masih punya waktu beberapa jam. Aku menelpon Helbin dan mengatakan bahwa pagi ini aku akan berangkat. Tak sampai 5 menit dia sudah tiba di penginapan. Dia minta maaf padaku atas kejadian kemarin. Aku bilang aku sudah tidak kesal lagi. Tapi kemarin aku memang benar-benar marah karena dia tidak menepati janjinya. Namun demikian, aku sudah melupakan kejadian kemarin. Kata-kataku barusan tidak lantas membuat Helbin lega, raut mukanya masih tampak merasa bersalah.

Aku menitip pesan kepada Helbin untuk menyampaikan salamku kepada Bernardo. Dia masih tidur. Tumben. Biasanya jam 6 dia sudah bangun. Sekarang sudah jam 8 dia masih tidur dan aku tidak ingin membangunkannya. Kalau Rikardo sudah berangkat ke bandara tadi jam 5 dini hari.

Akhirnya mobil travel datang, aku pamit kepada keluarga Sanaly. Tak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada Helbin. Selamat tinggal Sorake. Tak berasa, sudah saatnya melanjutkan perjalanan.

Setiap hari, ada kapal feri yang berangkat dari pelabuhan Gunung Sitoli menuju Sibolga. Sementara setiap hari Senin, kapal cepat beroperasi untuk rute Sibolga - Gunung Sitoli - Sibolga. Kebetulan sekali hari ini adalah hari Senin. Setelah membeli tiket, aku duduk menunggu di sebuah rumah makan. Seorang pemuda menanyakan apakah aku dari Teluk Dalam? Kukatakan iya. Lalu dia mengatakan, "Iya, kelihatan dari logat bicaranya." Aku tertawa dalam hati, dalam seminggu logat bicaraku sudah berubah menjadi logat Nias.

Mereka bilang kapal akan tiba pukul 1 ternyata baru tiba pada pukul 3. Aku kesal sekali karena terlalu lama menunggu, padahal seharusnya aku sudah terbiasa dengan jam karet seperti ini.

Baru setengah perjalanan, aku sudah mabuk. Sedikitpun aku tidak menikmati perjalananku karena kepalaku pusing sekali. Sesampainya di pelabuhan Sibolga, aku segera mencari penginapan. Setelah meletakan barang-barangku di kamar, aku keluar cari makan di Sibolga Square sekalian mencoba menghilangkan rasa pusing karena mabuk laut tadi.

Sampai keesokan harinya, sakit kepalaku belum juga sembuh. Jika aku memaksakan diri tetap berlibur selama beberapa hari di Sibolga, aku tidak akan mungkin bisa menikmati liburanku dengan kondisi seperti ini. Akhirnya aku memutuskan ingin langsung menuju Siantar saja. Aku pun mencari mobil travel menuju Siantar.

Selamat tinggal Sibolga. Semoga suatu hari nanti, aku bisa kembali kesini dan benar-benar menikmati kota ini. Rencana-rencana untuk menikmati pantai-pantai indah disini akhirnya ditunda sampai waktu tidak terbatas.

Ketika mobil tiba di Balige, dadaku buncah dengan kenangan. Sembilan tahun yang lalu, aku pernah tinggal di daerah sini selama tiga tahun. Setiap pagi, ketika membuka jendela asrama terlihatlah Danau Toba yang luar biasa indah itu. Selamat pagi Danau Toba. Ah, aku merindukan masa-masa itu.

Akhirnya kami tiba di Siantar pukul 5 sore. Sisa liburan yang masih seminggu lagi akan kuhabiskan di kota ini. Aku sangat berterima kasih kepada temanku karena mau menerimaku di rumahnya. Aku tidak punya rumah lagi disini. Aku memang tidak lahir di Siantar. Tapi aku menghabiskan masa kecilku di kota kecil yang sejuk ini. Jadi ini adalah rumahku.

Selamat datang di kampung halaman.

Comments

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

[Bahasa Italia] Kata Sifat