3> Perjalanan menuju Gili Trawangan

Aku terbangun. Kulihat jam menunjukkan angka 9. Ah... masih pagi, pikirku. Tapi kenapa di luar udah begitu terik ya? Jangan-jangan jamku masih WIB (waktu Indonesia barat). Aku masih berbaring di atas tempat tidurku. Aku coba membuka mata, tapi berat sekali rasanya. Aku masih ngantuk. Aku masih cape.

Duh, sebenarnya sekarang jam berapa sih? Jam 9 WIB atau 9 WITA?

Kalau jamku masih diset WIB, berarti sekarang adalah jam 10 waktu lokal dan aku sudah harus siap-siap untuk check-out. Kalau tidak, aku harus membayar penginapan untuk satu malam lagi. Ah, aku tidak mau. Aku kan mau ke Gili Trawangan. Dengan mata berat dan badan sempoyongan, aku berjalan menuju kamar mandi.

Aku naik ojek ke terminal Mandalika. Tukang ojeknya menanyakan aku mau kemana dan kujawab Pemenang. Lalu si tukang ojek menawarkan apakah aku mau diantar ke Rembige dan nunggu mobil dari sana saja. Mobil di terminal Mandalika biasanya ngetem lama sekali. Hmmm, baiklah aku ke Rembige saja. Di Rembige, kebetulan ada minibus yang akan segera berangkat ke Pemenang. Aku mengucapkan terima kasih banyak kepada tukang ojek.

Aku duduk di bangku paling belakang karena bagian depan sudah penuh. Di tengah perjalanan, ada seorang ibu naik dan duduk di sebelahku. Dia menanyaiku macam-macam.

Si ibu: Mau kemana?
Aku: Mau ke gili Trawangan bu.
Si ibu: Kok sendiri?
Aku: Gpp kok bu, saya hanya lagi pengen liburan ke tempat teman saya.
Si ibu: Temannya kerja disana ya?
Aku: Iya ibu, dia kerja disana.
Si ibu: Kerja apa disana? Di restoran ya?
Aku: (Aku ga punya ide mengenai teman fiktifku ini) Iya bu, dia kerja di restoran.
Si ibu: Udah lama dia kerja disana?
Aku: Hmmm, udah 2 tahun.
Si ibu: Kenapa dia tidak menjemput kamu saja?
Aku: (Lagi berpikir untuk mengarang sebuah kebohongan lagi) Ahh gpp kok bu. Saya bisa sendiri kesana. Lagian dia sibuk.
Si ibu: Kan kasihan anak gadis jalan sendiri.

Aku cuma cengengesan, bingung harus berkata apa. Aku sebenarnya ingin berterus terang bahwa aku hanya sedang jalan-jalan sendiri dan sama sekali tidak punya teman disini. Kemarin, di feri menuju Lembar, ketika aku bilang bahwa aku sedang liburan seorang diri dan mereka benar-benar kaget dan tidak habis pikir bagaimana mungkin seorang anak gadis jalan-jalan seorang diri ke tempat yang dia tidak kenal sama sekali.

Aku sama sekali tidak bisa menemukan alasan yang bagus yang bisa aku katakan kenapa aku jalan-jalan sendiri ke tempat antah berantah ini. Dan aku memang tidak punya satu pun alasan. Aku hanyalah seorang yang sedang depresi dan pergi semaunya sendiri.

Saat ini, aku hanya ingin sendiri saja. Tapi si ibu di sebelahku tidak berhenti bertanya. Aku sedang cape. Aku bertambah cape dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada habis-habisnya. Dan semakin bertambah cape lagi karena aku harus terus berbohong demi menutupi kebohongan yang sebelumnya. Aku merasa tidak enak hati karena telah berbohong. Makanya aku ingin sekali bilang ke si ibu untuk tidak bertanya lagi. Tapi aku tidak berani mengatakannya. Aku hanya bisa berharap segera tiba di Pemenang.

Si ibu mengajakku ke rumahnya. Aku terharu. Aku bilang lain kali kalau aku ke Lombok, semoga saja aku punya kesempatan main ke rumah beliau. Dia memberitahuku nama desa dimana beliau tinggal dan bagaimana kesana. Aku hanya mengangguk-angguk dan kemudian melupakan alamat tersebut.

Sesampainya di Pemenang, si ibu berkali-kali mengingatkanku untuk berhati-hati. Dan beliau mengingatkanku untuk memberi ongkos cidomo 3 ribu saja. Mungkin karena ongkos dari Rembige yang seharusnya 7 ribu tapi keneknya tidak mengembalikan uang 10 ribuku, makanya beliau berharap aku tidak dikerjain lagi.

Di Pemenang, aku cari tempat makan. Aku lapar sekali, dari pagi aku belum makan. Lalu aku beli 2 botol besar air minum, karena di Gili Trawangan pastilah harganya sangat muahal.

Sepanjang jalan dari Pemenang menuju pelabuhan Bangsal, aku ngobrol-ngobrol dengan tukang cidomo. Mungkin memang sudah menjadi ciri khas warga Lombok, untuk selalu bertanya. Darimana? Kenapa sendiri? Mana temannya? Kali ini aku tidak mau berbohong lagi.

Tukang cidomo memberitahuku bahwa ada travel ke Bali, beliau bisa mengantarku untuk beli tiketnya. Aku tidak tahu berapa lama aku akan berada di Gili Trawangan, mungkin sehari, dua hari, tiga hari, atau sepanjang masa liburanku. Aku tidak tahu. Aku katakan kalau aku sudah pasti kapan akan balik ke Bali, disitu saja aku akan beli tiket travel. Dalam hatiku, itu juga kalau berniat naik travel. Aku kan sedang mencoba perjalanan dengan anggaran seminim mungkin.

Kapal menuju Gili Trawangan
Di pelabuhan, aku langsung cari loket penjualan tiket. Aku beli satu tiket ke Gili Trawangan. Aku tak perlu bertanya berapa harganya karena sudah tertulis di tiketnya. Aku kasih satu lembar sepuluh ribu dan penjaga tiketnya mengatakan setelah jumlah penumpang 15 orang kapal akan berangkat. Ok baiklah, aku akan menunggu.

Aku perhatikan suasana di sekitarku. Kulihat ada sepasang bule sedang duduk di atas lantai. Melihat tas ransel dan pakaian yang mereka kenakan, sepertinya mereka adalah sepasang backpacker entah dari negara mana. Tidak jauh dari mereka, ada 3 wanita bule dengan tas koper mereka yang sangat besar. Lalu aku melihat seorang ibu dengan barang belanjaan yang sangat buanyak, cukup untuk persediaan makan untuk 1 bulan. Ada lagi beberapa wanita muda yang sibuk berfoto-foto. Setiap orang punya aktivitasnya masing-masing.

Lagi asik-asiknya aku memperhatikan setiap orang yang ada di pelabuhan, ada beberapa orang remaja laki-laki bertanya kepadaku hendak kemana. Kujawab mau ke Gili Trawangan. Tiba-tiba salah satu dari mereka nyelutuk, 'Mau mabuk-mabukan ya mba?' Aku kaget, aku belum pernah ke Gili Trawangan dan aku sama sekali tidak punya bayangan apa yang dimaksud dengan mabuk-mabukan ini. Aku hanya tahu bahwa disana adalah daerah tujuan wisata dan aku ingin berlibur disana.

Tak berapa lama, penjaga tiketnya mengatakan bahwa kapal akan segera berangkat dan yang sudah beli tiket segera naik ke dalam kapal. Ini pengalaman pertamaku naik kapal kayu kecil dikelilingi sayur-mayur, kerupuk, dan makanan-makanan kecil lainnya. Perjalanan pun menjadi tidak membosankan karena aku begitu sibuk memperhatikan tingkah laku setiap orang yang ada di kapal.

Welcome to Gili Trawangan
Setelah kira-kira satu jam akhirnya kapal pun berlabuh. Selamat datang di Gili Trawangan.

Nah, hal pertama yang ingin kulakukan adalah mencari penginapan. Karena ini pertama kalinya aku kesini, aku ikuti saja kemana orang-orang pergi. Dari awal, aku ingin mencoba liburan seperti yang dilakukan oleh para backpacker yaitu mencari penginapan on the spot dan tidak mempunyai rencana yang jelas. Aku bertanya kepada seorang warga dimana penginapan yang murah, dan aku disarankan untuk mencarinya ke dalam. Dan memang, semakin jauh dari pelabuhan harga penginapan semakin murah. Akhirnya aku dapat penginapan 80 ribu per malam. Yang punya penginapan tanya berapa malam. Aku bilang aku tidak tahu, mungkin satu malam, dua atau tiga malam. Si pemiliknya mengatakan tidak apa-apa, sekarang lagi tidak banyak turis, jadi tidak masalah.

Ini hari kedua liburanku. Aku masih punya banyak waktu. Tadi pagi aku belum puas tidur. Jadi aku mau tidur dulu.

Comments

Popular posts from this blog

[Bahasa Italia] Apa Kabar?

[Bahasa Italia] Ucapan Salam

Setahun Setelah Keliling Indonesia